Bagian 11

5 3 0
                                        

Sejak tadi, profesor dan Delion canggung. Mereka sama-sama bungkam. Karena Delion merasa frustasi hanya diam saja. Jadi dirinya memutuskan untuk tidur saja.

Hingga beberapa jam terlewati. Profesor hanya melamun.

"Perhatian. Kita akan sampai di pulau Erthan. Sekali lagi, pemberhentian selanjutnya adalah pulau Erthan. Dimohon untuk para penumpang yang akan turun. Jangan sampai ada barang yang tertinggal. Terimakasih." Suara pemberitahuan itu terdengar di seluruh lorong Kereta ini.

Profesor yang tersadar dari lamunannya segera melihat ke arah keluar. Dirinya tak percaya ia hanya melamun dalam beberapa jam belakang.

Dilihatnya Delion masih tertidur pulas. Padahal suara pemberitahuan itu terdengar lumayan kencang.
"Delion, bangun."

Eungh ....

Delion menggeliat pertanda kesadarannya mulai kembali.

"Ayo, sebentar lagi kereta ini akan sampai di tujuan kita. Pulau Erthan." Ujar pria paruh baya yang memakai baju santai ala pantai.

"Iya prof." Suaranya terdengar parau. Itu karena nyawa delion baru kembali setelah berkelana kemana mana saat tidur.

Delion terlihat lesu. Entah karena efek bangun tidur, atau dirinya sedang dilanda lapar.

"Kamu lapar? Makan aja dulu. Saya mau pergi dulu ya. Cari kapal yang bisa disewa beberapa hari." Jelas profesor sembari berdiri bersiap melangkah.

"Tapi, prof. Saya gapunya uang buat nambahin ...."
Sebenarnya delion masih merasa bersalah. Karena terus-terusan merepotkan profesor. Dan juga insiden dirinyalah penyebab profesor terkena luka bakar. Itu membuatnya sangat tak enak.

"Gapapa Delion. Uang saya aja." Jelas pria paruh baya itu. Kemudian profesor melangkah dan menghilang di penghujung jalan.

Kini Lion ditinggal sendiri di stasiun itu. Tepatnya di ruang tunggu. Profesor segera menuju rumah tukang kapal terbaik di pulau ini. Pria paruh baya itu tak mau ada kecelakaan saat di laut nanti. Maka dari itu, ia menginginkan kapal dengan bahan terbaik.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 600 meter, kini profesor sudah sampai di kediaman tukang kapal itu.

Tok tok tok ....

"Permisi. Halo ...."

Tak ada jawaban dari dalam. Mungkin pemilik rumah sedang pergi keluar rumah atau mungkin juga pemilik rumah sedang sibuk atau bahkan tertidur.

Tok tok tok ....

Profesor mengulang kembali ketukannya. Namun, kali ini tanpa salam.

Setelah beberapa saat menunggu. Terdengar langkah kaki dari dalam. Sepertinya pemilik rumah sudah tahu ada orang di luar rumahnya.

Kriieeeeettt ....

"Halo, maaf lama ya. Tadi saya lagi ngerjain kapal." Ucap pak tua yang hanya memakai singlet putih lusuh dan celana panjang berwarna hitam.

"Pak, saya mau pesan kapal kecil. Tapi, kapal dengan bahan kayu terbaik. Untuk di sewa sekitar 5 hari. Ada? Berapa ya?" Tanya profesor Zohrd yang masih berdiri di depan pintu.

"Oh ada pak. 5.000.000 Bruth." Jelas pak tua yang belum diketahui namanya.

Profesor tampak berpikir sebentar. Itu karena ia bingung apakah uang yang ia bawa cukup atau tidak.

"Wah pak ... coba saya cek dulu ya, uangnya." Tutur Profesor Zohrd sembari merogoh sakunya.

Tapi ....

Delion (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang