1. Awal

631 41 37
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum, selamat siang sore dan malam, salam toleransi hehehe.

Cuman mau bilang kalau ini cerita pertama gue yang bergenre Teenfiction, biasanya Fanfiction.
Sebenarnya agak deg-degan rilis cerita ini takut gaada yang minat, tapi berusaha sedikit gapapa kan? Ngehehe.
Mohon dukungannya yah dengan cara vote dan komen.
Gue bakal bersyukur banget kalau ada yang gabut trus spam komen di setiap paragraf :v.

Up setiap hari, paling lama 2 hari sekali tergantung respon kalian.

Happy reading .

••••

"Hoammm, tuh dugong dadakan banget ngajak ketemuannya. Untung gue dah bangun pagi-pagi jadi dah selesai semua kerjaan rumah," gerutu Yona. Yona berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakkan, dia kesal karena di telpon seseorang yang ingin bertemu dengannya siang ini.

[Brak]

"Eh?" Langkah Yona terhenti tepat di depan sebuah kamar, dia tertegun ketika tidak sengaja mendengar pertengkaran om dan tantenya. Bukan niat menguping, hanya saja dia terkejut ketika namanya di bawa-bawa dalam permasalahan mereka.

"Mau sampai kapan begini terus mas?! Keuangan kita sudah semakin menipis, warisan anak itu juga sudah habis untuk membiayai kemoterapi nya, apa yang kita dapat dari mengasuhnya?! Faktanya hanya kemiskinan yang kita dapatkan," bentak Fani.

Feri menggeram dalam diamnya, istrinya ini benar-benar membuat nya semakin pusing memikirkan biaya kemoterapi Yona bulan depan.

"Berhentilah bersikap kekanakan seperti itu Fani! Bagaimana pun Yona adalah ponakan ku, anak dari bang Heri, kakak kandung ku. Jadi sudah kewajiban kita untuk membiayai nya setelah kakak ku meninggal," Feri.

Fani semakin naik darah, kini dia terus melemparkan barang apapun yang ada didekatnya pada sang suami.

"Aku capek mas! Dari dulu hanya itu alasan mu, kakak mu yang meninggal kenapa kita yang menerima beban nya?!" Fani.

Air mata Yona mengalir, seandainya saja orang tuanya masih hidup, seandainya saja kecelakaan itu tidak terjadi atau dia juga meninggal dalam insiden tersebut, mungkin saat ini dia tidak akan menyusahkan om dan tantenya.

"Maafkan aku hiks," Yona sudah sering mendengar pertengkaran om dan tantenya. Topik permasalahannya selalu sama, tentang kehadiran dia yang seakan menjadi beban.

Yona kembali melanjutkan langkahnya, dia tidak sanggup mendengar kenyataan pahit itu terlalu lama, mengapa dia harus menjadi beban untuk semua orang?

"Harusnya aku juga meninggal saat kecelakaan itu," lirih Yona.

•••

[DECAFE Resto, Pastry and Bakery ]

Disinilah Yona sekarang, di sebuah kafe yang terkenal di kota Balikpapan, terletak di Jl.Jendral Sudirman. Menikmati secangkir Cappucino latte panas dan kentang goreng yang telah dia pesan tadi.

"Huft," helaan panjang terus keluar dari bibir mungil Yona. Baru saja di awal cerita, tapi hidupnya sudah di buat serumit ini.

Seandainya dia tau siapa yang menulis skenario kehidupan nya, mungkin dia akan menampar bolak-balik orang itu selama setengah hari tanpa jeda.

"Yon!" Suara cempreng bergema di resto tempat Yona bernaung, dia menoleh dan merasa sangat malu ketika melihat seorang gadis berjalan kearahnya dengan pinggul yang terhentak-hentak bak seorang model.

"Sorry yah tadi gue berdebat dulu sama bokap sebelum kesini," Jelly.

Jelly Kasimura, gadis cantik perawakan Jepang yang ada di depan Yona ini adalah salah satu sahabat Yona yang berasal dari Medan. Sifatnya terkadang tidak tau malu, namun hal itu yang membuat Yona senang bersahabat dengannya.

KALAU JODOH GAK KEMANA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang