Aku memeluk lututku, menunggu bunda yang sedang ditangani dokter. Perasaan sedih menerpa diriku. Entah aku mencium bau tidak beres disini. Aku merasa bunda menyembunyikan sesuatu dariku.
Aku melihat sesosok wanita cantik yang seumuran bundaku. Dia tante affa, sahabat sekaligus iparnya bunda.
"sayang, kamu harus sabar ya . Kamu jangan sedih berdoalah" tante Affa merengkuh ku kedalam pelukan nya.
"Hei, masa Naira nangis sih ? dulu aja kamu nggak pernah nangis lo. Malah willy yang cengeng" Om Nando ikut menenangkanku. Mereka berdua orangtua keduaku. Aku melihat willy menyikut lengan ayahnya karena ucapan ayahnya tadi.
"Gue baru tinggal beberapa tahun, Lo sudah jadi cengeng gini sih " Willy mengejekku.
"Diem deh lo. Kalau aja mukul orang nggak dosa udah babak belur wajah lo " Suaraku meninggi. Bukannya menghibur malah ngejek apa maunya coba ! kalau saja dia bukan sepupuku , sudah aku gantung dia di monas.
"Ih macan ngamuk, atut.." suaranya dibuat-buat . Apa tadi atut ? kok jadi alay gini sih.
"Dasar Ababil ! Bilang takut aja belom bisa , sana belajar dulu " Usirku. Willy hendak menjawab cekcok kami tadi ,tapi lelaki berjas putih itu keluar dari tempat bunda.
"Keluarga Nadia .. " Tanya lelaki itu.
"Iya , saya anaknya" jawabku
"Hervin..." panggil tante Affa. Apakah ini teman tante Affa dulu ?
"Affa.. dan kak Nando ? " pekik lelaki itu yang bernama Hervin. Entah mengapa aku merasa tidak asing lagi dengan namanya.
"gimana adik aku Vin ? " Tanya Om Nando.
"Kondisinya sangat melemah. Aku rasa dia punya riwayat penyakit ginjal. Dan dia tidak melaksanakan cuci darah beberapa kali ini "
DEG... cuci darah ...
Bunda sakit apa ? Ginjal ? apa bunda punya penyakit ginjal sepertiku ?
"Apakah saya boleh menengok bunda dok ?" Tanya ku
"Silahkan " perintah dokter itu.
Aku memasuki ruangan itu, bau obat menyengat dimana-mana. Ya inikan rumah sakit bodohnya kamu Naira. Bundaku orang yang kuanggap paling strong, kini terbaring lemah tak berdaya di ranjang itu.
Aku mendekati bundaku, aku menggenggam jari-jari bundaku memberi kekuatan pada bundaku.
"Bunda, bunda harus kuat . Bunda bangunlah " Aku masih menggenggam tangan bunda, berharap bunda bangun.
Aku merasa ada yang menggeliat di tanganku, tangan bunda bergerak. Aku segera memanggil dokter dengan menekan tombol.
"Hei sayang kenapa kamu menangis " tanya bundaku mencoba tersenyum.
"Bunda .. bunda kenapa ? bunda sakit apa ? kenapa membohongiku" tanyaku beruntutan.
"Bunda tidak apa-apa. Gimana sayang kamu mau sama Dennis? " Bohong jelas bunda itu dalam keadaan kenapa-napa. Dennis ? nggak deh mati aja kali. Eh enggak ding bercanda . Daripada sama Dennis mending jadi perawan tua.
"Ih bunda, Nai kan gak suka sama om-om genit itu "Aku mencebikkan bibirku.
"Sayang, apakah kamu masih ingin mengabulkan permintaan orang yang mendonorkan ginjal kamu ? " Tanya bundaku. Ya aku akan membalas budi orang itu. Dengan cara apapun yang masih diterima nalar tentunya.
"Tentu bunda ? bunda tau orangnya?"
"Iya, dia dihadapan kamu " Aku melihat sekeliling ku tidak ada siapa-siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
My beloved cousin
Romance18+ Naira kini tumbuh menjadi sosok dewasa. Dan apa yang terjadi jika dulu permintaan mommy nya menikah dengan Willy sepupunya sendiri ? bahkan orangtua Willy dianggap orangtua Naira sendiri setelah Nadia mommy Naira meninggal. Parahnya Usia willy l...