Part 11

41.9K 696 6
                                    

Efek jetlag tidak terlalu terasa. Karena berada di samping willy aku lupa segalanya. Bahkan jika aku makan tai kucingpun serasa cokelat. Semua tingkah laku Willy ini meluluhkan sedikit demi sedikit sudut hatiku yang beku. Tentu meluluhkan pusat hatiku tidak secepat dan semudah ini. Namun harus kuakui Willy telah mencairkan dan merefill sudut hatiku.

Setidaknya ada nama Willy yang terukir di sudut hatiku. Ibaratnya ketika kita menuang air ke dalam gelas, tak mungkin jika langsung mengisi bagian tengahnya pasti sudut bawahnya terlebih dahulu. Walaupun rasa ini hanya secuil dari isi hatiku, mungkin hanya 15%. Aku tak berniat menambah rasa ini, Karena tentu saja akan bertambah dengan sendirinya. Apalagi jika aku mengatakan akan mematikan rasa ini , hal yang mustahil.

"Nai aku berangkat kerja ya. Hari ini presentasi rencana resort di Bali di depan pemegang saham" Pamit Willy.

"Good luck. Jangan lupa bawa bekal sudah aku siapin"

"Terimakasih"

"Tak perlu terimakasih ini sudah kewajiban ku. Oh ya kamu masih ingat bukan kata-kata kita di Bali ? "

Willy tampak berfikir sejenak.

"Yang mana ? yang ahh..ah.. lagi.. lagi itu? "

"Dasar cabul ! bukan itu yang kumaksud. Janji kita saling terbuka dan percaya"

"Aku ini seorang pria bukan cowok ABG yang membuat janji dan mengingkarinya. Pria itu tak pernah menelan ludahnya sendiri"

"Iya tapi nelen ludah orang lain" Cibirku.

"Hmm.. Ini kode bukan ?"

"Emangnya pramuka pake kod--" Hening hanya suara cecapan bibir yang terdengar. Aku mengikuti permainan Willy, Alur yang indah. Make me want try again.

"Thanks for kiss , aku pergi " Willy mencium keningku lama.

"Iya cari uang yang banyak kalau nggak awas ya. Oh iya aku nanti pulang agak sore ya ngajarin Lisa terus nemenin Felly "

"Jangan terlalu malam "

Sepeninggalan Willy aku membersihkan diri. Masa mau bertamu masih bau ileran. Sepertinya aku tak menepati janjiku, aku berjanji akan mengatakan cinta saat aku sudah merasakannya. Tapi ini belum cukup, dan aku mencari keadaan yang mendukung. Saat yang tepat adalah saat ulang tahun pernikahan kami. Semoga menjadi kenangan indah nantinya.

Aku menaiki motorku, melajukan ke kawasan apartemen Lisa. Mereka memang belum menikah, tapi mereka membiasakan hidup di Jakarta. Jangan berfikir mereka tinggal bersama, hanya saja mereka dalam 1 apartemen yang sama. Salut mereka bisa beradaptasi dengan adat di Indonesia.

Perjalanan hanya memakan waktu 15 menit. Tidak terlalu lama bukan dibandingkan dengan naik mobil. Ku pencent bel apartemen milik Lisa .

"Hai Naira, C'mon" Lisa mempersilahkan aku untuk masuk.

Dia memberiku sebuah minuman rasa strowberry.

"Arigatou" Aku mengajari Lisa berbahasa Indonesia. Dia lumayan tanggap juga. Lisa menceritakan tentang negeri sakura itu, mulai dari tempat yang menarik hingga peristiwa bunga sakura gugur. Ah ini yang aku butuhkan untuk novel ku ' Sakura Ga Ochiru'

"Sumimasen, Naira i've neighboard in Japan. They are Japanese and Javanese. They punya anak this face like same kamu. Apa your parent is japanese? Mom or Dad maybe? " Masih saja ngomongnya gak jelas. Semakin tidak jelas saat dia menggabungkan ketiga bahasa sekaligus.

"No, my parents javanese" padahal aku tidak tahu. Setauku Bunda Naira Asli Jawa ya kali aja aku orang jawa juga.

"Oh , im seriously your face like japanese" Masa iya ? aku bahkan tidak sadar sedikitpun. Mungkin si Lisa ini matanya minus atau Silinder. Itik buruk rupa macam aku seperti orang jepang. Yakali dulu Nenek dari nenek dari neneknya lagi pernah menikah dengan orang jepang saat jaman penjajahan. Maybe , tidak ada yang tahu kan.

My beloved cousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang