"Hidup terus berjalan walaupun aku menginginkannya berhenti."
-Sheza Anniken Finley-
"Hidupku akan lebih menyenangkan bila kita berani mencoret kertas putih dan memberikan warna yang begitu bermakna"
-Xaquille Haiden Jahziel-
Kita masih muda bermimp...
Harusnya aku update sesuai hari tapi karena baru sempet sekarang dan pas longgar nggak ada tugas.
Selamat membaca 🧡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah cukup lama dirinya tertidur dan saat bangun Sheza merasakan kepalanya pusing dan ketika membuka mata di sampingnya ada Haiden yang duduk dan memandangi dirinya. Ketika Sheza bangun Haiden langsung membantu Sheza untuk duduk dan memberikan menum lalu menyuruh Sheza untuk berbaring kembali.
"Kok kamu ada disini"
"Apa yang lo rasain She?" tanya Haiden sambil mengusap kepala Sheza.
"Badanku lemes sama pusing Hai"
"Istirahat dulu papa sama mama kamu ada di ruang kepala sekolah untuk urusin masalah kamu nanti setelah selesai mereka kesini"
"Kamu kasih tau mereka ya" tebak Sheza dan Haiden hanya diam lalu duduk kembali.
Lalu ada Radka, Naresh dan Delisha yang menyusul mereka di uks. Khawatir dengan keadaan Sheza dan juga masalah ini pun semakin menyebar dan membuat sedikit demi sedikit siswa datang ke uks untuk melihat kondisi Sheza.
Melihat uks ramai Haiden pun geram dan menyuruh mereka pergi dari uks juga menutup pintu dan jendela. Tak lama Sadana dan Valda datang ke uks bersama Dista untuk melihat kondisi Sheza.
Terbaring lemah dengan dibantu infus Sadana memeluk putrinya itu betapa marahnya Sadana mendapati bahwa ada guru yang berperilaku buruk kepada putrinya padahal dirinya sebagai orang tua tidak pernah bertindak kasar kepada anaknya.
"Papa sama mama mau kemana" tanya Sheza setelah Sadana mengurai pelukan.
"Malam nanti papa sama mama harus terbang ke Italia untuk urusan pekerjaan" jawab Valda.
"Iya nggak apa-apa kok Sheza cuma pusing nanti malam juga sembuh" ucap Sheza dengan senyuman walaupun antara perkataan dan yang dirasakannya berbanding terbalik.
"Iya" kata Sadana tersenyum sambil mengusap rambut putrinya itu.
Karena orang tua Sheza ada urusan mendesak untuk pergi ke luar negeri mereka memilih membawa Sheza untuk pulang kerumah terlebih dahulu sebelum mereka berangkat ke luar negeri.
Sampai dirumah Sheza sudah melihat dua koper besar dan dapat dipastikan orang tuanya akan tinggal lama di negeri orang, ingin sekali dirinya melarang orang tuanya untuk bekerja jauh namun alasan orang tuanya harus kerja jauh juga karena untuk masa depan dirinya.
Sheza dipapah oleh sang ayah sampai ke dalam kamar. Sadana memandang wajah putrinya itu ada rasa tidak tega meninggalkan Sheza namun urusannya kali ini jauh lebih penting dari menjaga Sheza. Karena waktu jam penerbangan hampir tiba Sadana pamit kepada Sheza untuk segera pergi ke bandara dan sebisa mungkin Sheza harus kuat menahan air matanya agar sang ayah tidak merasa bersalah meninggalkan dirinya.
Tidak banyak yang dia lakukan saat ini selain hanya merebahkan dirinya di tempat tidur seperti seseorang yang hidup sendirian. Walaupun dia mempunyai saudara namun dia dan Dista dilahirkan dari rahim yang berbeda yang berarti mereka berbeda ibu namun satu ayah.
Bel rumahnya berbunyi beberapa kali dengan malas dirinya keluar dari kamar untuk membuka pintu rumahnya. Ketika dibuka ternyata yang datang mengunjungi Sheza adalah Naresh, Radka, Adva, Delisha, dan Haiden.
Buru-buru Sheza mempersilahkan mereka untuk masuk dan dengan badan yang masih lemas dirinya membuat minuman dan mengambil beberapa camilan dibantu oleh Naresh.
"Gimana keadaan lo She?" tanya Radka sambil menikmati minuman yang dibawakan Sheza.
"Sehat walafiat" jawab Adva.
"Dari tadi nyebelin banget sih ini anak" Radka yang kesal dengan Adva karena dari tadi Adva selalu menganggu dan menjahili dirinya.
Keadaan jadi ramai karena Naresh dan Adva sama-sama menjahili Radka dan membuat Radka emosi sendiri sedangkan Sheza hanya tertawa melihat tingkah konyol teman-temannya.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Mereka yang sedang bermain monopoli akhirnya mengakhiri permainan dan bersamaan Delisha pemenang dari permainan tersebut.
Mereka semua pulang kecuali Radka yang menginap di rumah Sheza sekaligus menemaninya.
Kini tinggallah mereka berdua dan memutuskan untuk memesan makanan sembari menonton film. Radka bertugas memesan dan menyiapkan makanan serta film sedangkan Sheza hanya menunggu di kamar. Ponsel Sheza berdering dan ada pesan masuk setelah dia buka ternyata yang mengirimkan pesan adalah Haiden.
Xaquille Haiden Jahziel
Do not forget to eat
Don't forget to get enough rest
Nice dream😉
Sheza tercengang beberapa saat mengapa Haiden mengirimkan pesanan seperti ini karena Haiden bukan tipe orang yang memperdulikan orang lain atau Haiden sedang tidak sehat itulah yang dipikirkan Sheza.
Karena tidak mau banyak ekspektasi Sheza memilih mengabaikan pesan dan melanjutkan menonton televisi.