5. CARI-CARI

3 1 0
                                    

Lyan mengedarkan pandangannya mengelilingi butik. Di sisi kanan kirinya berjajar berbagai gaun, dari yang sederhana sampai yang mewah. Sedari tadi Lyan hanya diam saja, tidak tahu harus melakukan apa. Tentu saja karena berbincang dengan Kanaka bukan pilihan yang bijak. Ia merasa kalau pernikahan yangakan ia jalani dua minggu lagi sedikit keliru. Bagaimana bisa ia menikah dengan seorang berondong. Berondong! Lyan berseru dalam hati ketika mengingat umur Kanaka yang lebih muda darinya. Meskipun mereka hanya terpaut satu tahun, tapi tetap saja statusnya berondong.

Oke. Memang Kanaka tidak akan memalukan untuk dijadikan seorang suami. Saat berjajarpun tidak terlihat bahwa Lyan lebih tua dari Kanaka. Bahkan Lyan terlihat imut dan cocok disandingkan dengan Kanaka. Wajah manis serta tubuhnya yang mungil, membuat Lyan terlihat lebih muda dari Kanaka.

Kanaka memiliki wajah yang bisa dikatakan paling menonjol diantara teman-temannya, tentu karena ia merupakan keturunan China seikit berpengaruh. Hanya dia seorang laki-laki bermata sipit dan memiliki kulit putih pucat di lingkupnya, karena teman-temannya rata-rata berkulit kuning langsat atau kecoklatan. Selain karena mahasiswa Teknik sering terjun ke lapangan, mereka juga sering melakukan olahraga basket atau olahraga lainnya di bawah terik matahari langsung.

Kanaka juga berasal dari keluarga berada. Sudah dapat dipastkan hal itu. Tapi meskipun ia sangat berkecukupan, ia memilih untuk hidup mandiri. Ia memiliki sebuah cafe di kawasan tak jauh dari kampusnya. Meskipun belum terbilang suskes, namun pendapatannya sudah terbilang lumayan. Lagipula cafe yang di kelola Kanaka sendiri itu baru berjalan selama satu setengah tahun. Tapi sudah mendatangkan keuntungan yang lebih dari cukup untuk Kanaka.

Tapi tetap saja, bagi Lyan hal ini terlihat sedikit menggelikan karena statusnya yang akan menikahi berondong. Lyan memandang bahwa selain fisiknya yang oke, Kanaka adalah sosok yang sedikit manja, tentu saja karena Kanaka lebih muda darinya.

Ia harus banyak banyak menyiapkan hati dan mental untuk mengasuh berondong satu ini saat status mereka berubah dua minggu lagi. Ingin rasanya Lyan menolak perjodohan-tentu saja perjodohan, sebuah rencana pernikahan yang dilakukan tanpa diketahui dan meminta persetujuan dari sang pengantin, bernama perjodohan bukan?-tapi ia tidak mungkin bisa. Lyan tidak mau membuat mamanya mengeluarkan kata mutiara dari sabang sampai merauke.

Sebuah usapan lembut Lyan rasakan di lengan kirinya. Ternyata Kanaka pelakunya.

"Kamu pilih gaun yang mana?" tanya Kanaka pelan.

"terserah, lo aja."balas Lyan malas.

Kanaka menghela nafas. "yang pakai gaunnya kamu, loh."

"Yang bakal lihat gue pakai gaun kan, lo." Sambar Lyan ketus.

Mendengar itu, Kanka menyungginkan senyum singkat. Lalu meninggalkan Lyan yang masih setia berdiri di tengah butik. Tak lama, Kanaka menghampiri Lyan lagi dengan membawa sebuah gaun yang bisa dikatakan cukup sederhana. Gaun dengan lengan panjang dan mungkin bila dipakai aka menutupi kaki kecilnya.

"Aku tahu kamu nggak suka sesuatu yang ribet." Jelas Kanaka sebelum Lyan mengeluarkan suaranya. Lyan mengamati gaun yang berada di tangan kanan Kanaka setelah sekilas melirik wajah Kankaa. Gaun itu tidak terlalu mewah memang. Tapi bila diperhatikan, ornamen yang ada pada gaun itu sangat cantik. Entah apa yang membuat gaun itu terlihat menarik di mata Lyan. Tapi saat pertama kali melihatnya, Lyan langsung menyukainya. Tanpa banyak berpikir, Lyan langsung mengambil gaun itu dari tangan Kanaka dan membawa menuju ruang ganti.

Beberapa saat kemudian, Lyan menghadap kembali pada Kanaka. Kanaka yang melihat gaun itu begitu pas di badan Lyan sontak tersenyum kecil. Ia bersyukur pilihannya tidak buruk, dan sepertinya Lyan menyukainya. Terlihat dari Lyan yang memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin dengan seksama.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang