7. GANTI

3 1 0
                                    

Pandangan Lyan menelusuri seluruh kamarnya. Tidak ada sesuatu yang menarik. Ya, tentu saja, karena sebagian barang-barangnya sudah diangkut ke rumah baru, lebih tepatnya calon tempat tinggal barunya. Selama tiga hari terakhir, ia sering bolak balik dari rumahnya ke apartemen Kanaka. Karena setelah menikah, Lyan dan Kanaka akan tinggal berdua di apartemen milik Kanaka.

Pernikahan yang belum pernah Lyan bayangkan, akan dilangsungkan besok. Minggu pagi diadakannya ijab qabul, dan resepsinya sore hari di rumah bunda Sandra. Kemarin, jum'at sore, Lyan dijemput oleh kakanya setelah pulang dari kampus. Dari pagi, seluruh keluarga besar Lyan sudah berdatangan di rumahnya. Terdengar suara riuh dari lantai bawah, tentu saja seperti tempat yang akan memiliki hajatan lainnya.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Lyan. Tak lama, muncul wajah Yura dari balik pintu. Melihat Lyan yang menatapnya dengan raut yang tidak biasa ditampilkan calon pengantin pada umumnya, Yura masuk ke dalam kamar dengan mengukir senyum.

Yura ikut mendudukkan diri di sebelah Lyan di atas kasur. "Dek, nggak kerasa, besok kamu sudah sah jadi istri dari seseorang." Ujar Yura pelan diiringi dengan tawa ringan.

"Mbak," Lirih Lyan. "Aku belum siap." Lyan menatap Yura dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Melihat kerapuhan dimata adik satu-satunya, Yura segera menarik Lyan ke dalam pelukannya. Seketika terdengar suara isakan dari bibir Lyan. Mendengar suara isakan itu, Yura tak mampu untuk menahan air matanya lagi. Dengan mengusap kepala adiknya lembut, Yura ikut terisak.

"Aku masih mau nerima undangan, Mbak, bukan nyebarin undangan." Isak Lyan semakin keras. "Gimana kalo ternyata aku nggak bisa istri yang baik buat Kanaka? Gimana kalo aku ngecewain Kanaka? Gimana kalau-" Lyan tak sanggup melanjutkan kalimatnya karena tenggorokannya terasa berat. Tak ingin adiknya semakin merasa berat, Yura semakin mengeratkan pelukannya. Berkali-kali ia mengecup pipi dan kening Lyan dengan sayang. Meskipun Lyan berkelakuan paling aneh di dalam keluarganya tetap saja Yura sangat menyayangi adiknya itu dengan sepenuh hati.

Merasa isakan Lyan tak sehisteris tadi, Yura melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua bahu Lyan. "Mbak percaya sama kamu. Mama, papa, mbak Ariani percaya sama kamu. Mbak yakin kamu bisa melewati semuanya. Memang nggak mudah, tapi mbak yakin kamu nggak akan menyerah begitu aja. kita semua percaya sama anak tengil satu ini." Ujar Yura dengan di akhiri menyentil hidung mancung Lyan, diiringi dengan kekehan. Yang kontan membuat Lyan menyunggingkan sedikit senyumnya.

Tanpa berkata-kata apapun, Lyan kembali memeluk kakak yang sangat disayanginya itu.

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. "Pelukan kok nggak ngajakin mbak, sih?" Ariani berdiri di ambang pintu dengan mata memicing menatap kedua adiknya. Mendengar kalimat kakak tertuanya, Lyan merentangkan tangannya lebar-lebar, membuat Ariani terkekeh lalu menghambur memeluk adik bungsunya.

Lyan kembali terisak dipelukan kedua kakanya. Ia akan berpisah dengan kedua kakaknya. Memang bukan pisah yang benar-benar terpisah, tapi tetap saja dia kan memiliki kehidupan diluar yang membuatnya tidak sama seperti dulu. Yura dan Ariani ikut terisak mendengar isakan Lyan yang tidak ditutup-tutupi. Tiga bersaudara itu larut dalam euforia yang belum mereka bayangkan sebelumnya.

***

Susasana di rumah Lyan masih ramai. Bahkan para tetangga masih berseliweran kesana kemari, padahal ijab qabul sudah dilaksanakan pukul tujuh pagi tadi. Sesudah satu jam berlalu, dan Lyan masih belum bisa mencerna dengan baik kejadian tadi. Sejak tadi hanya kalimat 'Lyan istri Naka' yang melintas di kepala Lyan stelah mendengar kata sah.

Saat ini Lyan tengah duduk bersama keluarga besarnya. Keluarga bunda Sandra telah kembali ke rumahnya sendiri untuk mempersiapkan acar resepsi nanti sore, sedangkan Kanaka masih setia mendampingi istrinya.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang