9. ISTRI DURHAKA?

4 1 0
                                    

Tak terasa sudah hari kamis. Yang berati hari ini, adalah hari terakhir Lyan menjalani UAS. Untungnya ia hanya melaksanakan ulangan akhir semester selama empat hari. Jurusannya memang selalu singkat saat melakukan sesuatu, seperti uasnya ini yang memang dipadatkan ulangan per makulnya sehingga lebih cepat selesai.

Lyan tengah memakan camilan yang tersedia di kontrakan. Bria dan Syafa menyusul Lyan yang tengah menonton tv, dengan masing-masing membawa minum dan camilan tambahan. Di kontrakan hanya ada mereka bertiga. Karena Xia seperti biasa, ada urusan dengan band prodi, sedangkan Dara ada kumpul panitia acara ulang tahun prodi yang akan dilakukan dua setengah bulan lagi.

"Lo, balik hari ini, Ly?" tanya Syafa begitu ia sudah duduk di sebelah Lyan. Yang ditanya hanya mengangguk pelan.

"Dijemput suami, lo?" kali ini Bria yang bertanya. Ia sudah berbaring sambil memainkan ponselnya.

"Iyap. Katanya dia bakalan jemput kalau udah nyelesain UAS hari ini." Jawab Lyan, perempuan berambut tergerai itu meletakkan camilannya lalu meraih air mineral dingin yang tadi dibawa Bria.

"btw, Ly, laki lo jurusan apa, dah? Gue lupa mau nanyain itu." Syafa terlihat antusias saat menanyakan hal itu.

Lyan melirik kearah kedua temannya. Melihat tatapan kedua temannya yang antusias, Lyan tersenyum canggung. "Gue nggak tahu."jawab Lyan disertai wajah bodoh.

"Sumpah!" "Hah!" Respon Bria dan Syafa bebareangan.

"Lo gila? Bisa-bisanya suami lo kuliah jurusan apa, lo nggak tahu? Istri macam, lo, Ly?" teriak Bria tidak santai.

"Lo perlu di ruqyah kayaknya, Ly. Wajib." Imbuh Syafa sama tidak santainya.

Lyan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil meringis. "Ya gue lupa mau tanya dia jurusan apa." Jelas Lyan dengan pelan. Ia merasa sedikit bersalah pada Kanaka karena tidak mengetahui hal kecil seperti itu tentangnya. Padahal mereka sudah menyandang gelar suami istri selama seminggu.

"Kenapa bisa lo nggak tanya? Padahal kalian udah seatap selama seminggu, dan lo punya waktu dua minggu untuk pdkt sebelum kalian berdua nikah?" kelakar Syafa memandanga Lyan tidak santai.

"Ya gue kan lupa. Pernah mau tanya, tapi lupa gitu aja." Lyan masih berusaha berkilah, bingung harus menjawab bagaiman pertanyaan menuduh temannya itu.

"Gue curiga, lo nggak tahu nama lengkap laki, lo itu." Tuduh Bria dengan mata memicing.

"Tahu lah kalo itu." Balas Lyan cepat.

"Siapa coba?"

"Kanaka Tianzhi Harsa. Hapal kan gue." Ucap Lyan dengan lantang, disertai senyum bangga.

"Namanya kayak nggak asing deh." Respon Syafa sambil mengerjapkan kedua matanya.

"Iya, gue kayak pernah dengar namanya." Imbuh Bria yang sudah menampilkan wajah berpikir.

"Ya iya lah, kalian kan udah pernah baca namanya di undangan nikah gue." Cibir Lyan dengan memutar kedua bola matanya.

"Bukan, bukan itu. Gue malah nggak inget nama yang tertera di undangan nikah lo. Tapi gue kayak pernah dengar nama itu di suatu tempat." Balas Syafa.

"Nah. Wajah suami lo kayak apa dah, Ly. Lupa gue sama mukanya." Bria bertanya, perempuan berambut sepunggung itu mendekat pada Lyan.

"Kalian lupa muka laki, gue? Are you serious?" tanya Lyan tidak santai yang hanya ditanggapi kedua temannya dengan anggukan polos. Lyan mendengus kasar lalu bergantian menatap kedua temannya yang masih setia dengan wajah polos tanpa dosa. "Cakep dia, udah gitu aja." Ucap Lyan yang membuat Bria dan Syafa mendengus. Sungguh jawaban yang sangat tidak membantu.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang