15. HASIL PANEN KKN

3 0 0
                                    

Setelah melewati waktu dua bulan untuk magang, akhirnya Lyan melewati masa itu dengan akhir yang cukup memuaskan. Ia mendapat penilaian yang baik dari pembimbingnya di perusahaan om Danis. Yang pada akhirnya sangat membantu untuk nilai semester kedepannya. Ia bersyukur berkat anjuran suaminya, ia bisa berakhir dengan hasil yang memuaskan di bagian magang ini.

Saat ini, Lyan tengah duduk di kantin dengan Syafa dan juga Bria. Mereka baru saja selesai kelas. Setelah melalui magang, mereka masih harus disibukkan dengan satu mata kuliah. Meskipun hanya satu, tapi mata kuliah kali ini bisa dikategorikan mata kuliah sulit. Selain materinya yang memang menguras otak dan juga tenaga, dosen yang mengajarpun sedikit killer. Sehingga para mahasiswa semester tujuh ini harus berusaha lebih keras.

Lyan memakan batagornya yang baru saja tiba di meja. Sedangkan Bria memakan mie ayam, dan Syafa memakan siomay. Mereka bertiga memakan dengan sesekali diiringi obrolan ringan. Membahas perihal kkn dua setengah bulan lalu ataupun membahas magang yang baru mereka selesaikan seminggu yang lalu.

Saat tengah sibuk dengan kelucuan cerita Bria, Xia yang tiba-tiba duduk di sebelah Lyan langsung menghentikan suara tawa mereka. Bukan karena kedatangan Xia yang membuat mereka terdiam seketika. Tetapi seseorang yang datang bersama perempuan cantik itulah yang mengalihkan perhatian mereka.

"Hai, gue Alden." Sapa lelaki itu pada mereka bertiga. Sebenarnya Lyan sudah tidak kaget apabila mendapati Xia bersama dengan Alden. Mereka sudah sering bersama sejak awal kkn dulu, jadi ini merupakan hal yang biasa di matanya. Ia hanya heran, untuk apa Xia membawa Alden ke kantin FISIP.

"Ha -hai." jawab Syafa kaku. Matanya sesekali melirik Xia yang hanya merespon dengan senyuman kecil.

"Dia Syafa." Xia mengarahkan jari telunjuknya ke arah Syafa. "Dia, Bria." Lalu beralih pada Bria yang duduk di sebelah kiri Syafa. "Kalo dia, kamu udah kenal." Kali ini ditujukan untuk Lyan. Xia kembali melempar pandangannya pada Alden setelah memperkenalkan teman-temannya.

"Lo ngapain ke sini, Al?" Tanya Lyan penasaran, mengabaikan tatapan Xia yang sudah cemberut.

"Maen, lah. Sesekali cuci mata di gedung FISIP." Sontak jawban Alden itu mendapat tepukan keras di lengannya oleh Xia. Melihat itu, Lyan tertawa keras, diikuti suara tawa ringan dari Bria dan Syafa.

"Dih, gitu aja ngambek, lo, dasar cemen." Ledek Syafa dengan wajah meledek. Mendengar ejekan itu, Xia langsung bediri, mencoba menggapai Syafa yang duduk di depannya. Tapi aksinya langsung gagal saat Alden menarik bahunya dan langsung mendudukannya kembali di kursi semula.

Xia langsung menatap protes pada lelaki itu, tapi langsung terdiam begitu mendapati tatapan penuh peringatan dari Alden. Lyan yang melihat adegan itu langsung mendengus kasar. Dasar pasangan ini, menjengkelkan tapi lucu.

Kadang Lyan heran, sebenarnya tatapan Alden itu mengandung apa sehingga membuat temannya yang selengekan itu langsung kicep. Tanpa adanya perlawan pula. Lyan harus mengakui, kalau pawang Xia ini benar-benar hebat.

"Mending, lo makan deh sana. Al, pesenin makan, Al. Kasian, dia laper kayaknya." Ujar Lyan mencoba mencairkan suasana begitu melihat Syafa dan Bria yang juga terdiam canggung melihat aksi Xia yang langsung kicep mendapat tatapan dari lelaki dari jurusan Hukum itu.

"mau makan apa?" tanya Alden lembut setelah melihat sebentar pada Lyan karena perkataan perempuan itu. Setelah menyebutkan pesanannya, dan Alden beranjak untuk memesan makann, Xia langsung menatap Bria dan Syafa yang ternyata juga menatapnya dengan tatapan penuh rasa penasaran.

"Jadi, siapakah gerangan lelaki itu?" tanya Syafa dengan nada yang dibuat-buat.

"Ly, jawab, Ly." Bukannya menjawab, Xia malah melemparkan pertanyaan Syafa pada Lyan.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang