10. MENUJU KKN

4 1 2
                                    

Minggu depan, Lyan sudah memulai kegiatannya di salah satu desa di kota tempat tinggal Bria. Kali ini, Lyan satu kelompok dengan Xia dan sebelas mahasiswa lainnya dari berbagai prodi. Davin dan Natasya dari prodi Peternakan. Adora dan Emee Kesehatan Masyarakat. Rio dan Brian Teknik Mesin. Kafin dan Salvia Fisika murni. Oza dari Sastra Indonesia. Jevi dari Manajemen Bisnis, dan Alden dari Hukum.

Ketiga belas mahasiswa tersebut, saat ini tengah berkumpul di kantin FISIP. Yang memang letak gedungnya mudah dijangkau mahasiswa dari berbagai jurusan. Ini merupakan pertemuan ketiga mereka setelah minggu lalu sempat mengadakan pertemuan sebanyak dua kali bersama dosen pembimbing mereka.

Saat awal pertemuan, kecanggunan itu pasti tetap ada. Tapi karena kerecehan anak-anak teknik, suasana canggung itu perlahan memudar. Ditambah dengan kelemesan bibir Xia yang suka mengatakan segala sesuatu dengan gamblang membuat mereka perlahan-lahan menghilangkan rasa canggung itu. Sehingga dipertemuan ketiga ini, mereka bisa langsung bisa membicarakan segala sesuatu dengan gamblang tanpa adanya rasa nggak enak, canggung, ataupun malu-malu.

Sesekali keluar candaan dari Rio, si mahasiswa teknik Mesin. Lelaki dengan tinggi badan sekitar 168 itu memang suka sekali mengeluarkan kalimat-kalimat yang akan membuat suasana menjadi pecah. Disusul dengan kelakuan super tidak jelas dari Davin, si mahasiswa Peternakan.

Obrolan sudah berlangsung selama dua jam. Tidak hanya membahas perihal keperluan kkn nanti, sesekali mereka juga membahas tentang kehidupan masing-masing prodi. Lyan hanya sesekali menanggapi. Bukan karena canggung atau malu, tapi memang Lyan bukan tipe perempuan yang banyak bicara pada orang-orang baru. Sudah dijelaskan bukan, bahwa Lyan sosok cewek yang dianggap cuek oleh kebanyakan orang.

Dari total enam perempuan di kelompok itu, memang Xia yang paling mendominasi obrolan. Tentu saja karena Xia sosok cewek yang sangat pd tampil di depan umum. Dia adalah gitaris band FISIP, sudah biasa ia tampil di acara-acara kampus, jadi bukan hal yang sulit saat ia harus tampil atau berbicara di depan banyak orang.

Sedangkan empat perempuan lainnya mungkin masih sedikit malu untuk banyak bicara di depan para lelaki yang baru mereka kenal. Untungnya para lelaki dengan lihai bisa mengendalikan situasi yang membuat para perempuan lebih nyaman, sehingga sedikit banyak bisa mengungkapkan apa yang mereka pikirkan.

Lyan melihat jam yang ada di tangan kirinya, ternyata sudah pukul dua belas. Waktunya untuk makan siang. Memang sedari tadi obrolan mereka ditemani dengan makanan. Tetapi hanya makanan ringan yang sesekali mengganjal mulut tanpa mengenyangkan perut. Xia yang juga menyadari pikiran Lyan segera mengedarkan pandang.

"Guys, makan dulu aja gimana?" tanya Xia ketika sudah mendapat perhatian dari kedua belas orang yang ada di meja tersebut. Setelah saling pandang, mereka menganggukkan kepala tanda setuju dengan ide Xia.

"Kalian mau makan apa?" Tawar Alden, si mahasiswa jurusan Hukum yang memiliki wajah tampan serta tinggi semampai bak model, mengedarkan pandangan ke semua teman-teman satu kelompoknya.

Terdengar berbagai jawaban dari masing-masing orang. Saat Xia akan menanyakan menu makan pada Lyan, deringan pada ponsel Lyan yang terletak di meja mengalihkan perhatian mereka berdua.

Lyan langsung meraih ponselnya lalu melihat pada nama pemanggil, diasana tertulis 'Aka'. Sebelum menggeser tombol hijau, Lyan mengangkat kepalanya, ternyata semua perhatian orang-orang di meja tersebut sudah beralih padanya. Dengan canggung, Lyan tersenyum kecil lalu memberikan isyarat kalau akan mengangkat telepon dulu.

Lyan beranjak dari kursinya sambil menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Kenapa?" sapa Lyan sinis setelah meletakkan ponsel di depan telinga kanannya.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang