8. MENUJU AKHIR SEMESTER

3 1 0
                                    

"Ly, ganti baju dulu." Tegur Kanaka begitu melihat Lyan yang malah merebahkan diri di atas kasur. Saat ini mereka masih di rumah bunda. Kamar ini adalah akamar Kanaka saat dulu masih tingga disini. Lyan hanya berdehem dan memejamkan matanya.

Melihat itu, Kanaka berdecak lalu menghampiri Lyan. Kedua tangannya menarik lengan Lyan dengan pelan untuk duduk. Tangannya dengan cekatan membuka tatanan rambut Lyan. Rambut perempuan mungil itu memang tidak disanggul, tapi dibuat kepang menyamping. Namun tetap saja, pasti sangat tidak enak selama berjam-jam dengan rambut yang ditata sedemikian rupa dan pernak-perniknya. Sesekali Lyan mendesis karena Kanaka menarik jepit di rambutnya terlalu keras. Padahal Kanka sudah berusaha melakukannya sepelan mungkin.

"Udah." Kata Kanaka masih berdiri di depan Lyan. "Mandi sana." Perintahnya yang hanya dituruti Lyan. Lyan merasa lelah dan sedang tidak ingin membuang banyak tenaga dengan meladeni Kanaka.

Lima belas menit kemudian, Lyan keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandi, ia lupa membawa pakaian ganti. Tangan kanannya memegang gaun yang tadi dikenakannya. Dengan sigap, Kanaka mengambil gaun di tangan kanan Lyan.

"Kamu ganti baju aja, biar gaunnya aku yang naruh digantungan." Ujarnya lantas berlalu menuju lemari mencari gantungan baju. Dengan pasrah, Lyan menurutinya. Ia mencari baju di koper lalu kembali ke dalam kamar mandi.

Sesaat setelah Lyan dari kamar mandi, kanaka bergerak mengambil pakaian yang telah disiapkan sang istri dan masuk ke kamar mandi. Beberapa saat setelah Lyan menegringkan rambutnya, barulah Kanaka keluar dari kamar mandi dengan wajah yang jauh terlihat lebih segar. Saat Kanaka hendak membuka mulutnya, terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Kanaka bergegas membuka pintu, dan menemukan kakaknya tengah berdiri di sana.

"turun dulu, makan malam." Kama, kakak satu-satunya yang dimiliki Kanaka. Lyan baru bertemu dengan Kama tadi pagi saat acara ijab qabul karena Kama baru tiba kemarin dari luar kota. Lelaki seumuran kakak iparnya itu memang sudah berumah tangga dan memilih hidup di luar kota bersama keluarga kecilnya. Hal itupun baru Lyan ketahui saat Yura menceritakan padanya pagi tadi.

Kama berlalu pergi setelah Kanaka mengiyakan perkataan sang kakak sulung. Setelah menutup pintu, Kanaka menoleh pada Lyan. "Turun sekarang?" Tanyanya.

"Ayo." Jawab perempuan yang tengah mengenakan piyama bergambar rilakuma itu dengan berjalan menghampiri Kanaka yang masih berdiri di tempat semula. Mereka berdua keluar kamar dengan beriringan. Sesampainya di ruang makan, ternyata tidak hanya keluarga inti Kanaka, tapi masih ada beberapa keluarga besar lelaki keturunan China itu.

Mendengar sapaan dari bunda untuk duduk berdampingan dengan Kanaka, Lyan mendekat lalu duduk dengan canggung. Saat ini hanya dirinya yang terlihat sangat tidak manusiawi karena makan bersama keluarga besar dengan hanya mengenakan piyama. Sedangkan seluruh keluarga memakai pakaian casual yang tetap saja terlihat berkelas.

Melihat kecanggungan yang dialami istrinya, Kanaka segera menggenggam tangan kiri Lyan yang duduk tepat disamping kanannya. Lelaki bermata sipit itu menatap Lyan dengan lembut, mencoba membantu meredakan kecanggungan yang dialaminya.

Acara makan malam berlangsung dengan normal. Lyan hanya mendapat beberapa pertanyaan mengenai kuliahnya. Hatinya bersyukur karena tidak ada yang menanyakan perihal penampilannya yang tidak manusiawi. Ia juga bersyukur karena seluruh anggota keluarga Kanaka sangat baik dan menerimanya dengan senang hati. Tidak membeda-bedakan dengan anggota keluarga lainnya.

Kanaka dan Lyan langsung kembali ke kamar setelah acara makan malam selesai. Sepasang suami istri itu tidak ikut berkumpul bersama keluarga lainnya karena mereka benar-benar lelah setelah acara seharian ini yang menguras tenaga dan hati.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang