6. RUMAH BUNDA

4 1 0
                                    

Saat berlari memasuki rumah yang tentu saja sangat asing baginya, Lyan tiba-tiba menabrak seseorang. Lyan segera mendongak untuk menatap orang yang dengan tidak sengaja ia tabrak. Matanya menemukan seorang laki-laki yang sudah bisa dipastikan jauh lebih muda darinya. Wajah lelaki itu juga terlihat mirip dengan wajah calon suaminya.

"Ga, ngapain di situ?" suara berat itu membuyarkan pandangan Lyan dan langsung memutar badannya ke belakang. Di belakangnya, Kanaka berdiri dengan tangan kanan membawa tas milik Lyan. Seketika Lyan baru tersadar bahwa ia meninggalkan tasnya di jok mobil.

"mau ke dapur, tapi ditabrak sama calon kaka ipar." Jawab lelaki itu dengan cuek. Setelahnya ia pergi dari hadapan Lyan menuju ke dapur yang terletak di rumah bagian kiri.

Setelah kepergian lelaki yang tidak diketuhi siapa, Lyan kembali menatap Kanaka, tangannya menengadah tepat di depan dada lelaki yang masih tetap saja tampan walau sudah berpanas-panasan sepanjang hari.

"tas." Minta Lyan dengan wajah datar.

Tanpa membalas, Kanaka menarik tangan Lyan menuju dapur. Lelaki itu masih tetap menarik tangan Lyan meskipun perempuan itu berusaha melepaskan genggaman di tangannya. Sesampainya di dapur, Kanaka langsung mendudukkan Lyan disalah satu kursi di meja makan. Setelahnya, lelaki berkaos hitam polos itu meninggalakn Lyan yang baru saja akan mengeluarkan suara.

Baru saja ingin mengambil ponsel untuk menghubungi teman-emannya, Lyan baru teringat kalau tasnya masih dibawa Kanaka dan kenapa pula dirinya bisa lupa untuk menarik tasnya dari tangan lelaki jangkung itu.

Karena bingung harus melakukan apa, akhirnya Lyan mengalihkan pandangannya ke samping, menatap seseorang yang ternyata tengah memperhatikannya. Lyan balas memperhatkan lelaki yang ia tabrak tadi dengan tatapan menyelidik. Bisa ia simpulkan bahwa lelaki itu adik Kanaka. Selain wajah mereka yang lumayan mirip, juga panggilan yang lelaki itu berikan tadi saat ditanya oleh Kanaka.

"Lo, adiknya Kanaka?" Tanya Lyan tanpa mengubah tatapan menyelidiknya.

Lelaki yang belum Lyan ketahui namanya itu berjalan menuju ke arahanya. Menarik salah satu kursi di hadapan Lyan lau duduk di sana.

"Gara. Lo, kak Lyan?" lelaki yang sibuk memakan apel itu balik bertanya pada Lyan.

"Hem." Lyan hanya membalas dengan berdehem. Ia menumpukan pipi pada tangan kanannya, merasa bosan. "lo kelas berapa?" Lyan kembali bertanya untuk membunuh rasa bosan yang menggelayutinya.

"kelas XI." Balas Gara masih dengan mengunyah apel yang sedari tadi tidak habis-habis. "Katanya, lo lebih tua dari kak Naka, kok lo mau nikah sama dia?" mendengar pertanyaan itu, Lyan langsung mengubah posisinya menjadi duduk tegak.

"Menurut lo, apa nggak timpang banget gue sama dia. Ya kali aja gitu kan gue harus momong dia. Kita nggak cocok banget,kan, ya?" cerocos Lyan semangat.

Gara menganggukan kepalanya pelan. "Kalian cocok. Lagipula, nggak buruk punya kakak ipar macam, lo." Gara menaikkan kedua alisnya menggoda di akhir kalimatnya, lalu beranjak dari kursi, entah mau kemana.

Mendengar pernyataan dari calon adik iparnya itu, Lyan merasa semakin merasa buruk. Perempuan manis itu merebahkan kepalanya di atas meja, memikirkan nasibnya yang tiba-tiba saja melenceng dari perkiraannya.

"Lyan, sayang!" sontak Lyan menegakkan badan mendengar teriakan itu. "akhirnya kamu main ke rumah." Bunda Sandra memeluk Lyan heboh, tak lupa senyum lima jarinya yang tak pernah pudar dari wajah cantiknya. Di belakang bunda, teah berdiri Kanaka yang sudah berganti dengan kaos polos berwarna putih. "Oke,bunda siapkan dulu makan malamnya. Kamu ikut Naka dulu, ya."

Mendengar antusiasme bunda, Lyan jadi merasa sungkan. Akhirnya ia hanya mengikuti kemauan bunda dengan mengikuti langkah Kanaka yang entah menuju kemana. Setelah melewati beberapa ruangan, mereka berdua sampai di halaman samping yang terdapat kolam ikan. Di tengah kolam ada jembatan kaca yang menghubungkan dengan sebuah gazebo.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang