12. MASIH DRAMA

2 0 0
                                    

Xia mendatangi Alden yang tengah mengerjakan laporan mingguan di ruang tengah. Lelaki itu tampak sibuk berkutat dengan laptop, sementara Kafin yang duduk di hadapan Alden mengatakan apa saja yang harus Alden ketik di laptop. Dengan usil, Xia menggeplak punggung kedua lelaki itu dengan keras yang membuat mereka berdua mengerang.

"Xia, kampret!" Teriak Kafin. Meskipun dari jurusan Fisika murni, yang jika dilihat, merupakan jurusan orang-orang kalem. Nyatanya Kafin maupun Salvia sama barbar nya dengan anak-anak dari jurusan lain.

Alden menatap Xia dengan tatapan datar. Sedangkan yang ditatap tidak menyadari hal itu karena sibuk meledek Kafin, membuat Kafin membalas ledekan itu dengan balik meledek Xia.

Mereka persis seperti anak balita yang tengah saling meledek karena sama-sama memiliki mainan baru. Karena aksi saling meledek yang dilakukan Xia dan Kafin, Alden langsung menarik tangan kiri Xia agar duduk diam di sampingnya.

"Udah." Ujar Alden pelan begitu Xia menatapnya dengan dahi mengerut tanda protes. "Kaf, lo juga udah, lanjut bikin laporannya." Imbuh Alden mengarah pada Kafin yang hendak membuka mulutnya kembali meledek Xia.

Pasalnya, Xia akan diam seribu bahasa saat Alden sudah menatapnya penuh peringatan. Melihat itu, Kafin hanya mendengus kasar melihat kelakuan Alden yang selalu saja membela Xia.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau Alden tidak bisa memarahi Xia. Lelaki itu hanya akan memberikan peringatan tegas yang langsung membuat Xia kicep. Sedangkan Xia, cewek yang tampak selengekan itu akan langsung terdiam menjadi penurut saat Alden sudah mengeluarkan tatapan penuh peringatan. Sudah bisa ditebak,kalau ada benih-benih berlebih di kelompok ini.

Beberapa saat kemudian terdengar suara grasak-grusuk dari ruang tamu. Tampak Brian dan Jevi membawa kantong plastik besar di tangan masing-masing. Tak lama, Oza dan Natasya menyusul di belakangnya namun dengan tangan kosong. Mereka berempat baru saja dari pasar membeli persediaan bahan makanan untuk beberapa hari ke depan.

Memasuki minggu keempat, anggota kelompok ini sudah melalui banyak sekali peristiwa. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak menyenangkan. Namun, untungnya mereka bisa saling mengerti dan juga saling menguatkan satu sama lain. Tak jarang Brian yang menjabat sebagai ketua kelompok harus melerai perdebatan yang sudah beberapa kali terjadi diantara mereka.

Seperti kebanyakan lelaki pada umumnya yang memiliki watak sedikit keras, kadang perbedaan pendapat membuat mereka harus berdebat dahulu. Bahkan perdebatan antara lelaki dan perempuan tidak hanya sekali dua kali terjadi. Tapi karena kebijakan Brian, dan juga kesabaran Emee sebagai ketua dan wakil mampu mengontrol kelompok ini sehingga kembali membaik seperti semula.

Seperti kesepakatan malam Minggu lalu, keempat orang yang tadi dari pasar mendapat tugas belanja. Alden dan Kafin bertugas membuat laporan mingguan. Xia, dan Rio mencuci piring dan membuang sampah. Lyan, natasya dan Davin membersihkan dan mengepel rumah bagian dalam. Sedangakan Salvia dan Adora membersihkan halaman dari depan hingga belakang.

Untuk urusan memasak tidak dibagi tugas karena para perempuan melakukan bersama. Untungnya keenam perempuan itu selalu kompak untuk urusan dapur.

Lima belas menit kemudian, semua anggota sudah berada di ruang tengah. Ada yang berbaring di atas lantai karena lelah, ada juga yang berdiri di depan kipas untuk mengusir rasa gerah. Ada juga yang saling merecoki satu sama lain.

Saat semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tiba-tiba Xia berteriak karena rambutnya dijambak kecil oleh Davin. Sontak seluruh perhatian langsung beralih pada Xia yang langsung mencak-mencak tidak jelas. Sudah tidak asing saat tiba-tiba saja ada adegan pertengkaran Xia dengan anggota lainnya.

Karena Xia, cewek cantik tapi selengekan, membuatnya selalu saja menjadi bahan usilan teman-temannya. Tak jarang, Xia yang lebih dahulu menjahili teman-temannya. Kadang Natasya juga ikut andil dalam aksi jahil Xia.

Melihat kelakuan Xia dan Davin yang akhirnya saling pukul membuat para lelaki mendengus. Heran dengan kelakuan kedua orang itu yang tak segan untuk bermain fisik, meskipun main fisik disini yaitu dengan menjambak, menggeplak, atau mencubit. Kafin yang tengah sibuk membaca, langsung berdiri karena merasa terganggu dengan suara mereka berdua.

Kafin meraih bantal yang terletak tidak jauh dari posisi Brian duduk, lalu melemparkan dua bantal pada Xia dan Davin. Sontak hal itu membuat Xia dan Davin menatap Kafin dengan beringas. Kedua orang yang tadinya saling adu fisik itu saling melempar pandangan lalu tersenyum sinis. tak lama , mereka berdua menerjang Kafin dan langsung memukuli lelaki tinggi dengan wajah manis itu dengan bantal yang tadi dilemparkan pada mereka berdua.

Kelakuan aneh itu mengundang tawa riuh dari para wanita, sedangkan para lelaki kembali mendengus tidak habis pikir. Brian memegangi kepalanya melihat kelakuan anggotanya yang semakin tidak karuan.

Jevi dan Oza saling melempar pandang lalu menggeleng pelan. Rio yang masih terbaring di atas lantai hanya melirik sekilas, belum memiliki minat ikut bergabung dengan tiga orang itu.

Alden menghela nafas melihat ketiga orang itu. Lelaki tinggi itu berdiri lalu mendekati mereka bertiga. Tangannya segera menarik lengan Xia yang masih aktif memukuli Kafin dengan menggunakan bantal. Setelah berhasil menghentikan Xia, Alden membawa Xia ke pojok ruangan. Memberi isyarat pada Xia untuk duduk bersila di sana. Lalu ia pun ikut duduk bersila tepat di depan Xia, bahkan ujung lutut mereka saling bersentuhan.

"Bisa diem dulu?" Sela Alden saat Xia akan hendak protes dengan aksi Alden. "Kamu diem dulu, jangan ganggu Kafin, biar laporannya cepet selesai. Bisa?" Jelas Alden lembut, tangannya masih tidak lepas dari pergelangan tangan Xia. Melihat tatapan mata Alden yang lembut penuh makna, Xia hanya bisa mengangguk pelaan.

"pinter." Kata Alden sambil mengacak rambut Xia, tak lupa disertai senyuman manis. Lelaki itu lalu beranjak untuk kembali pada laptop.

"Ly, jagain Xia biar diem dulu di pojokan. " Titah Alden dengan berjalan pada Lyan. Seakan baru tersadar, Lyan langsung bergegas mengahmpiri Xia. Diikuti oleh Natastya yang tadinya duduk di belakang Lyan.

Kelakuan Alden itu tak luput dari semua penghuni ruangan. Saat Alden sudah kembali berkutat dengan laptop, Jevi dan Oza berdehem keras, diikuti suara batuk dari Rio yang sangat terlihat dibuat-buat. Sedangkan Brian hanya menggaruk rambutnya lalu membuang pandangan dengan menahan senyum di bibirnya.

***

Malam ini, setelah membantu kegiatan di rumah salah satu warga yang memiliki acara, Lyan dan semua anggota kelompoknya kembali berkumpul di ruang tengah, mereka akan mengerjakan proker terakhir sekaligus acara untuk malam perpisahan yang baru terlaksana lima puluh persen.

Jevi menghampiri Lyan dan Rio yang baru saja menutup laptop setelah kegiatan mereka selesai. Mereka baru saja menyelesaikan membuat desain mmt yang akan mereka jadikan background untuk malam acara perpisahan minggu depan.

Tidak terasa, Lyan dan semua anggota kelompoknya tinggal seminggu lagi berada di rumah ini. Selama sebulan lebih, meraka banyak melewati masa-masa sulit. Mereka seperti menemukan keluarga baru, karena mereka harus benar-benar mandiri dan harus memilki pandangan yang matang untuk bisa hidup di hari esok di desa orang.

Malam perpisahan nanti rencana akan diadakan pensi oleh penduduk desa dan juga dari mereka sendiri sebagai persembahan untuk warga. Ada penyerahan kenang-kenangan dan juga syukuran kecil-kecilan sebagai tanda terima kasih mereka pada warga yang menerima mereka dengan sangat baik.

***
Salam🙆

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang