14. KEJAM ATAU PENGERTIAN?

2 1 0
                                    

Pertemuan kala itu akhirnya membawa hasil yang melegakan untuk Lyan maupun Kanaka. Karena akhirnya Lyan diterima masuk magang disana. Bahkan om Danis juga mengatakan kalau ia menantikan saat Lyan bisa ikut ke dalam bidang penyiaran. Tapi Lyan merasa kurang percaya diri apabila harus masuk kesana. Ia merasa masih banyak kekurangan dan belum memumpuni untuk ikut bergabung di bidang penyiaran, jadi ia memilih untuk dimasukkan kedalam bidang lain saja. Lalu om Danis memasukkanya ke dalam bidang produksi.

Terhitung sudah satu bulan Lyan magang di perusahaan milik teman sekolah ayah mertuanya. Selama magang di sini, Lyan merasa senang karena rekan-rekan satu bidangnya memperlakukan dirinya dengan baik. Bahkan tak jarang mereka banyak membantunya saat Lyan merasa kurang mengerti dengan job desknya.

Kanaka juga selalu mengantar dan menjemputnya. Meskipun harus menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit, tapi selama sebulan ini Lyan tak pernah mendengar keluhan apapun dari Kanaka. Suaminya itu hanya akan bertanya apakah Lyan lelah atau tidak. Selebihnya akan mereka berdua lalui dengan saling diam ataupun sibuk dengan tugas masing-masing.

Saat ini, Lyan tengah menunggu kedatangan Kanaka. Lelaki itu baru saja selesai praktikum dan langsung bergegas menjemputnya. Lyan sesekali mengangkat wajahnya memperhatikan air hujan yang turun dengan deras. Rekan-rekannya sebagian sudah pulang, sedangkan beberapa masih lembur di lantai dua. Lyan sendiri sudah menyelesaikan pekerjaannya, dan saat ini tengah menunggu di kantin kantor yang berdinding kaca.

Getaran ponsel yang berada di tangan kanannya mengalihkan perhatian Lyan dari luar. Lyan membuka layar ponsel, mendapati pesan dari grup teman-teman satu kontrakannya dulu. Mereka berlima mengambil bidang yang berbeda, sehingga berbeda pula tempat magangnya. Bahkan Syafa dan Bria mengambil magang di luar kota.

Lyan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima lebih lima menit. Harusnya Kanaka sudah sampai, karena lelaki itu berangkat sejak pukul empat tadi. Tapi sampai sekarang belum juga terlihat kedatangan lelaki tinggi itu. Lyan menghela nafas, ia sudah menghabiskan dua gelas milkshake selama menunggu di sini. Sesekali perempuan berambut kucir kuda itu berdecak kesal.

Lyan kembali mengalihkan perhatiannya keluar jendela. Saat itulah Kanaka datang menghampiri Lyan. Dengan nafas yang tidak beraturan serta rambut yang sudah kusut berantakan, Kanaka berdiri menjulang di samping kiri tempat Lyan duduk.

"Ayo, pulang." Ajak Kanaka dengan suara tersendat.

Lyan mengerutkan dahinya melihat penampilan suaminya. Kaos yang dipakainya sedikit basah, rambutnya yang sudah berantakan, semakin terlihat berantakan karena basah. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, Lyan berdiri di depan Kanaka lalu berjalan beriringan menuju pintu keluar.

Sesampinya di teras gedung, Lyan mengalihkan perhatiannya pada Kanaka.

"Kita lari ke mobil?" Tanya Lyan dengan wajah datar.

Mendengar pertanyaan sang istri, Kanaka mengangkat jaket yang tadi ada di genggamannya. Meletakkan jaket itu tepat di atas kepala Lyan, sedangkan ia sendiri tidak tertutupi apapun.

Lagipula, jika ia menggunakan jaket untuk menutupi kepala mereka berdua, justru Lyan akan terkena banyak air hujan karena tinggi mereka yang terpaut jauh.

Merasa ia mendapat sedikit pelindung dari guyuran air hujan, Lyan langsung memberi aba-aba pada Kanaka untuk berlari. "Dalam hitungan ketiga kita lari, ya. 1... 2...3..."

Tepat setelah hitungan ketiga, mereka berdua lari menuju mobil yang terpakir di sebelah gedung. Tangan Kanaka masih bertengger melindungi kepala Lyan dengan jaket.

Sesampainya di dalam mobil, Lyan langsung mengipas-ngipaskan tangannya mencoba mengusir air yang mengenai baju dan celananya. Sementara Kanaka melipat jaket yang tadi ia gunakan untuk melindungi kepala Lyan, lalu meletakkanya di jok bagian belakang.

KalyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang