Selamat datang para pembaca sekalian!
Baca chapter kali ini dengan pikiran tenang yaa.
Tolong maafin kalau ada typo.
Happy reading😊.⏩⏪
Tut!
Nomor yang anda tuju sedang berada diluar service area, silahkan tingg--,
Klik! Tut!
Nomor yang anda tuju se--,
"Aaaaaarrrggghhh! KIM NAMJOON SIALAN, kemana perginya anak itu."
Nyonya Kim melempar sembarangan ponselnya ke kasur setelah berkali-kali gagal menghubungi Namjoon, ia berada dikamar dengan perasaan berkecamuk. Ia tak mendapat kabar apapun soal keberadaan Namjoon, bahkan pria itu tak muncul dikantor. Nyonya Kim menanyakan perihal Namjoon pada sekretarisnya dan mendapat jawaban bahwa pria itu sedang cuti karena sakit.
Wanita itu tak sedikitpun mempercayai alasan tersebut. Pasalnya terakhir kali mereka bertemu jelas sekali bahwa Namjoon dalam keadaan sangat sehat. Ia mulai membangun spekulasi.
"Apa dia sengaja menghindariku?! Hah, berani sekali dia melakukan itu. Sembunyi dimana kau Namjoon?!"
Ia kemudian berjalan menuju meja rias, dengan kesal menggebrak-gebrakkan telapak tangannya disana. "Lihat saja jika sampai besok kau tetap tak ada kabar, jangan salahkan aku jika adikmu jadi pelampiasan amarahku."
Ia memandangi pantulan dirinya dicermin yang saat ini sedang mengenakkan pakaian tidur, wajahnya juga sudah bebas dari makeup. Dirinya menarik napas dalam sambil menutup erat kedua matanya, dibarengi dengan mengepalkan tangan yang masih ada diatas meja rias tadi.
Selama tiga hari ini ia menjadi semakin uring-uringan, ada perasaan gelisah dan was-was setiap kali keluar rumah. Semenjak pesan misterius yang masuk itu terus meneroror dirinya, semakin hari semakin banyak pesan mengerikan yang ia terima. Ia masih belum bisa menunjuk kepada siapa yang harus bertanggung jawab akan pesan-pesan tersebut.
Setiap habis menerima pesan ia selalu langsung menghapusnya, ia tak ingin ada jejak sedikitpun di dalam ponsel yang ia genggam. Jika sampai ada orang lain yang secara tak sengaja membaca isian pesan itu dan mempertanyakan kepadanya, bisa tambah kacau balau hidup tenang yang ia bangun selama ini.
Bahkan walaupun pengirim pesan itu hanya mengatakan hal-hal yang mereka ketahui tentang tindakan busuk dirinya dimasa lalu sampai saat ini tanpa adanya bukti, ia tetap tak bisa bertindak sembarangan. Salah-salah yang ia takutkan mereka akan membongkar semuanya ke publik dengan adanya bukti yang mungkin sedang mereka sembunyikan sampai kini.
"AAAAARRRRGGGHHHH...!!" Ia berteriak lagi, "BR*NGS*K, SIAL*N, B*JINGAN...." dengan kedua tangannya yang diam tadi mengobrak-abrik seluruh peralatan kecantikan yang ada diatas meja rias di depannya itu, membuat barang-barangnya berserakan memenuhi lantai.
"Siapa kalian sebenarnya?, kenapa aku tidak bisa menemukan petunjuk sedikitpun tentang kalian." Wanita itu merasa sedikit lega setelah mengamuk.
"Apakah ini semua perbuatanmu Kim Seokjin?, atau kau kah yang sedang berulah, Namjoon?!"
Ia seperti kehilangan kewarasan jika mengingat-ingat setiap kata yang terdapat di dalam pesan yang masuk selama ini. Ia tak bisa memikirkan nama lain selain Seokjin dan Namjoon-lah pelakunya, tapi kemungkinan besar itu ulah Seokjin. Dendam kesumat diantara mereka lebih masuk akal dijadikan pemicu ketimbang prasangkanya pada Namjoon, yang tak tahu apa-apa seperti orang bodoh.
Karena memikirkan pesan-pesan itu, berhari-hari membuat dirinya kesulitan tidur. Ia juga jadi sering melamun, bahkan panik tiba-tiba saat mendengar suara notifikasi pesan masuk. Ponselnya pun ia ubah ke mode senyap, tapi hal itu tetap tidak mengurangi keresahannya. Kemanapun wanita itu pergi, ia tak bisa mengelak untuk mengedarkan pandangan kesegala arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Business Relations (On HOLD)
FanfictionKetika sebuah hubungan hanya demi keuntungan!!! Persahabatan, persaudaraan dan rasa cinta hingga penghianatan melebur jadi satu. Lalu bagaimana, Bisa dipercayakah keluargamu, temanmu, atau orang-orang terdekatmu?!! Are all of this Relationship just...