Selamat datang kawan,
Selamat membaca chapter kali ini.Mohon dimaklumi kalau ada typo😊.
⏩⏪
Keberuntungan seakan begitu berpihak pada Ji-Eun, ia kini benar-benar bisa bebas dari nyonya Kim. Setelah apa yang ia dengar tadi siang, pada saat itu juga ia memutar otak untuk terus memojokkan Seokjin dan terlihat berhasil karena nyonya Kim semakin marah. Ia bahkan berpura-pura menyetujui semua yang wanita itu katakan, walaupun ia hanyalah seseorang yang materialistis dan menghalalkan cara kotor untuk mendapat uang, tetap saja ia adalah seseorang yang percaya akan cinta.
Dan tak mungkin jika ia akan berbuat sedemikian rupa pada orang yang ia cintai, apalagi anaknya sendiri. Ia tak akan menjadi sosok ibu yang selalu memaksakan kehendak pada anak-anaknya nanti, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berbuat seperti itu. Ditambah lagi kesehariannya mengurus, membiayai dan membesarkan kedua adiknya dalam kesendirian terasa seakan ia sudah menjadi seorang ibu, single Mom yang perkasa bagi dua orang anaknya.
Semakin kesini rasanya ia mulai mengerti dengan sikap Seokjin yang ditunjukkan padanya, sikap yang berbanding terbalik dari citranya di media dan itu semua pasti karena sang Ibu. Semakin dipikirkan dirinya jadi semakin simpati, kehidupan seseorang yang kaya sejak lahir tak begitu menyenangkan ternyata. Ada saja timbal baiknya.
Tapi tidak, Ji-Eun sebisa mungkin menyingkirkan rasa aneh yang ia sebut simpati itu jauh-jauh, ia tidak seharusnya mempunyai rasa yang demikian. Baginya juga Seokjin, mereka kedepannya hanya akan terikat untuk sebuah urusan saling menguntungkan, hanya itu jadi tidak usah melibatkan perasaan.
"Hello... selamat malam tuan Kim Seokjin!."
Ya, Ji-Eun sedang menelpon Seokjin untuk mengabari tentang pertemuannya dengan sang Ibu.
"Ahh, nona Song Ji-Eun, hello... bagaimana kabar anda akhir-akhir ini?!"
"Saya baik-baik saja, terimakasih sudah bertanya. Mari tidak usah kita lanjutkan basa-basinya, ada sesuatu yang harus saya sampaikan."
"Hmm... silahkan, saya mendengarkan!."
"Seperti biasa tadi siang nyonya Kim datang lagi untuk menemui saya dan mengharapkan saya mau keluar makan siang dengan beliau, awalnya saya ingin kembali menolak tapi akhirnya saya putuskan untuk menemuinya saja dan berharap bisa meluruskan semua kejadian belakangan ini." Ji-Eun memberi jeda untuk mendengar tanggapan Seokjin.
"Lalu..."
"Dari gelagat yang ditunjukkan beliau, saya bisa tahu bahwa sebenarnya beliau masih mengharapkan saya untuk berjodoh dengan anda. Tapi dengan tegas saya menolak dengan memberikan alasan yang sama seperti dulu, setelahnya beliau malah melantur soal..."
Dengan begitu Ji-Eun mulai menceritakan apa saja yang mereka bicarakan dan Seokjin menjadi pendengar yang baik, tanpa sedikitpun memotong jalan cerita dari lawan bicaranya di ujung panggilan itu. Seokjin tak sedikitpun terkejut dengan apa yang iblis betina itu tuduhkan dan juga katakan tentang dirinya. Ia terkekeh menyepelekan dan merasa jika wanita itu sangat tidak kreatif, lagi-lagi ia beralasan kawatir akan masa depan dirinya tapi dengan tak tahu diri seenaknya menyebar fitnah murahan untuk memperburuk namanya.
Seokjin jadi bosan sendiri dengan cara main nyonya Kim yang begitu-begitu saja, setiap saat mengancamnya akan melakukan ini-itu tapi kenyataannya nol besar, wanita itu hanya besar dimulut saja. Tidak, tapi Ia tak boleh lengah dan menyepelekan wanita iblis itu, mengingat apa saja yang sudah diperbuatnya di masa lampau.
"Saya juga ingin meminta maaf..." Ji-Eun yang tadinya tenang jadi terdengar gugup, "sepertinya... saya sudah terlalu berlebihan menjelekkan anda tadi siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Business Relations (On HOLD)
Fiksi PenggemarKetika sebuah hubungan hanya demi keuntungan!!! Persahabatan, persaudaraan dan rasa cinta hingga penghianatan melebur jadi satu. Lalu bagaimana, Bisa dipercayakah keluargamu, temanmu, atau orang-orang terdekatmu?!! Are all of this Relationship just...