PROLOG

841 37 32
                                    

Suasana lapangan sekolah SMA CAKRAWALA mendadak sumpek. Beratus-ratus murid perempuan sedang berkerumun di tengah-tengah lapangan yang sedang mengitari mobil Lambhorgini Aventador berlapis berwarna emas mengkilau. Semuanya seperti berbondong-bondong meminta selfie kepada pemiliknya. Namun, sang pemilik mobil sama sekali tidak ingin keluar. Ia hanya membuka kaca mobilnya dan langsung diserbu oleh kaum hawa. Membuat cowok itu membunyikan klaksonnya dengan sangat kencang.

"JANGAN DEKET-DEKET MOBIL GUE! NANTI MOBIL MAHAL GUE BAU SAMA KERINGET LO PADA!" teriaknya dengan memakai toak.

Semua siswi langsung menutup telinganya dan sama sekali tidak beranjak. Mereka terus mengetuk-ngetuk kaca mobil sambil berteriak, "MINTA FOTO BENTAR DOANG, GALEN!"

"GUE GAK MAU FOTO SAMA ORANG YANG BERKERINGETAN KAYAK LO SEMUA! NANTI GUE MUNTAH!" cetusnya dengan masih memakai toak yang sengaja disembulkan dari jendela mobilnya.

Sedang dari sisi lain, ada seorang gadis dengan dikuncir dua. Dengan mata besar serta indah dan juga bulu mata yang lentik itu baru saja memasuki gerbang sekolahnya dengan kendaraan kesayangannya, skateboard. Ya, benda itu sudah dijadikan kendaraan olehnya sejak ia masih SMP.

Sambil mengecap permen lolipop ia terus menelusuri suasana sekolahnya yang menurut dirinya, senyap. Seakan tidak peduli, ia hanya memutar-mutar di atas skateboard-nya sambil terus mengemut permennya.

Dengan rok abu selutut dan kemeja putih yang dikeluarkan, semakin menyempurnakan tampilan anehnya. Namun, dari visual wajahnya seperti kartun anime-anime yang sedang lagi booming-booming-nya itu.

Gerakan skateboard-nya itu seketika berhenti. Ia mengangkat skateboard-nya menggunakan kaki dan langsung dipeluk olehnya.

Matanya menyipit melihat banyak siswi yang sedang mengitari sesuatu. "Weh, ada apaan, sih?" tanyanya sambil menepuk salah seorang siswi yang dia tak kenali sama sekali.

"Ini, kita cuma mau minta foto doang, cuma satu kali kok," ujarnya sambil merenggut kesal.

Gadis yang masih sibuk mengecap permennya itu menaikkan satu alisnya. "Minta foto sama siapa? Sama guru?"

Seorang perempuan digerai itu menggeleng, "Sama Galen."

Gadis berkuncir dua itu kini mengerutkan alisnya, "Galen? Siapa?"

"Lo gak tau?!" tanyanya terkejut. "Itu, Galen anak sekolahan sini. Yang dapat gelar Anak Sultan itu. Dia kelas IPA-7."

Sekarang, giliran gadis berkuncir dua itu yang terkejut. "IPA-7?! KELAS GUE DONG?" tanyanya sambil menggaruk kepalanya dengan perlahan. "Kenapa gue gak kenal? Ah, pantas sih, murid di kelas gue ada 50. Banyak banget. Rasa mau pindah sekolah saking sumpeknya itu ingetin semua nama teman. Beruntungnya, kelasnya panjang udah kayak 3 rumah. Entah, gue harus senang atau sedih sekolah di sini," ujarnya sambil mengedarkan pandangannya.

"Siapa nama lo, sih?" tanya gadis yang berambut panjang itu.

Dengan senyum miring dan melepaskan permennya dia menjawab, "Ini lihat bed nama gue, Ulva Zerina Yovita. Gue tahu-"

"Oh, lo ketua kelas IPA-7, ya?"

Gadis bernama Ulva itu mengangguk, "Yes. Kok lo tahu?"

"Gue salah satu murid di kelas itu," jawabnya datar. "Gue aja udah inget semua nama teman kelas kita, masa lo enggak?" tanyanya sembari menggelengkan kepalanya.

Ulva menyengir, "Namanya juga masih anak baru-"

"Anak baru apa? Udah hampir lima bulan kita sekolah di sini."

GALVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang