31

127 14 12
                                    

HALO GAES, AUTHOR COMEBACK!!!

Sebelum baca, jangan lupa follow akun ini dulu, ya🦋

Jangan lupa juga follow akun Instagram 👇
@ririii04
@ulva.zerinaa
@galen.azkalwafa_whrj
@alfi.dangerous

Thanks full All🦋

***

Penolakan secara terang-terangan dari Ulva itu membuat seluruh penonton menganga lebar. Bagaimana bisa Ulva menolak cowok yang sudah terbilang sempurna?

"Ulva gesrek kayaknya."

"Hush, bukan gitu. Kayaknya dia masih marah sama Galen."

"Semarah-marahnya gue kalau dikasih ginian gue terima anjir."

"Gue denger-denger, skateboard itu dari bokapnya yang udah meninggal."

"Ha? Anjer. Gitu mah gue gak akan suka lagi sama cowok itu. Malah gue udah males liat mukanya."

"Kan.. menurut gue, wajar Ulva masih marah."

"Lagian juga bagus sih, kalau dipikir-pikir. Biar si Galen tuh gak semena-mena."

"Bener-bener. Dia 'kan selalu ngerasa, kalau apa yang dia pengen tercapai."

Begitulah kira-kira bisikan para siswi dan siswa. Ulva tidak peduli. Dirinya dengan cepat berjalan ke lantai 3, menuju kelasnya. Meninggalkan Galen yang menatapnya tidak percaya.

"Gue ditolak?" Dirinya tersenyum getir. "Baru kali ini apa yang gue inginkan gak terkabul." Dirinya membuang napas kasar. "Benar kata Ulva, gue bisa dapatin segala hal, terkecuali perasaan." Segera saja Galen membuang kasar bunganya.

Iyus yang merasa kasihan pun mengusap pundak Galen. "Yang sabar. Yang terpenting sekarang keputusan ada di lo. Ada dua pilihan, lo tetap maju dengan mendapatkan maaf dari Ulva dulu atau lo mundur karena udah terlanjur malu sekarang. Lo lihat, semuanya merekam. Gue rasa sebentar lagi akan viral."

Galen menatap Iyus tidak percaya. "Bodo amat gue mau viral atau enggak. Gue suka Ulva. Gue mau dia, pokoknya gue cuma mau dia."

Setelah mengatakan itu, Galen segera keluar dari area lapangan.

Zio yang mendengar tadi menatap Iyus ragu-ragu. "Ngus? Dia...?"

Iyus menatap Zio dan menggeleng takjub. "Ulva berhasil ubah Galen. Gue gak nyangka."

Ya keduanya jelas terkejut. Galen yang biasanya selalu menjunjung nilai harga diri, kini tidak peduli. Cowok itu hanya menginginkan Ulva berada digenggamannya. Cowok itu hanya ingin gadis yang disukainya.

***


"GALEN! Benar-benar kamu, ya! Kamu bikin malu Ayah!"

Bentakan keras keluar dari mulut sang Ayah yang datang dengan raut murka. Pria berumur 40-itu menunjukkan ponselnya. "Kamu lihat berita hari ini, tidak?!" bentaknya kembali.

Galen tidak peduli, cowok itu hanya mengidikkan bahu dan kembali menatap gitarnya.

"Ayah gak habis pikir! Ayah suruh kamu sekolah itu untuk belajar. Bukan nembak cewek apalagi ditolak kayak gitu! Malu-maluin!" desis sang Ayah tak suka.

Galen yang mendengar kembali tidak peduli.

"Kamu denger Ayah gak?! Pokoknya besok–"

"Yah!" Galen berdiri dari duduknya. "Gak usah ikut campur urusan gue. Lo cuman pingin gue belajar yang bener biar nanti bisa terusin jabatan sama bisnis-bisnis lo, gitu 'kan? Gue turutin. Sekarang lo bisa keluar dari kamar gue."

GALVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang