12

162 16 13
                                    

Ulva tak henti-hentinya menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Sedari malem gadis itu tak bisa tidur dan terus menerus memikirkan ucapan Galen yang mengatakan cantik padanya. Ya, sebesar itu efeknya.

"Ulva!"

Panggilan dari sahabatnya itu membuat dirinya menoleh. "Kenapa?"

"Gue denger dari Iyus, kalau lo sama Papang kemarin dikeroyok geng Dangerous, ya?" todong langsung dari Melda.

Bukannya menjawab, Ulva malah memicingkan matanya. "Kok lo langsung tahu nama geng motor itu?"

Melda tersentak. Gadis itu menelan salivanya. "Hngg... kan dari Iyus," jawabnya sembari tersenyum.

Ulva tersenyum. "Kita sahabatan udah berapa lama, Mel?"

"Hmm. Dari bayi?" 

Ulva mengangguk. "Bener. Tandanya udah bertahun-tahun, kan?"

Melda mengangguk.

"Waktu segitu cukup untuk gue bisa memahami lo."

Melda semakin merasa bersalah.

"Lo gak mungkin selancar itu sebut nama geng motor itu jika baru denger sekali. Kayak gue saat ini, bahkan untuk sebut namanya berasa males karena gak terlalu penting. Kalau lo lupa, lo juga bahkan belum cerita tentang kedekatan lo sama Iyus ke gue sampe sekarang."

Melda menunduk menatap sepatunya. Rasa bersalah lagi-lagi hinggap.

Ulva memegang pundak Melda. "Tenang aja, Mel. Gue gak pernah maksa. Kalau lo mau cerita silakan, kalau privasi juga gak apa-apa. Kalau lo nutupin ini dari gue, bukannya berarti lo belum siap untuk cerita sama gue? Jadi, gue tunggu lo siap aja, oke?"

Melda tersenyum. Lagi-lagi bersyukur mempunyai sahabat seperti Ulva. Melda merasa sangat beruntung.

"Siap, QueenPop! Sekarang, masih ada yang sakit bekas kemarin?"

Ulva menggeleng. "Lukanya sembuh gitu aja pas Galen bilang gue cantik kemarin."

Melda terbelalak. "What?!!!"

🌊🌊🌊

Melda dan Ulva memasuki kelasnya yang begitu bising. Mata Ulva langsung menatap Galen yang sedang berfokus pada ponselnya. Dirinya tersenyum manis sekarang.

"Gue mau samperin Galen ah, bye!"

"Eh? Va! Va!" panggil Melda yang dihiraukan. Ingin menghampiri pun tidak berani, karena ada Iyus di sana yang sedang menatapnya. Terpaksa, ia duduk dibangkunya. "Dasar Ratu Lolipop! Dasar Ratu bucin, buta cinta!!!!!" kesal Melda yang melihat tingkah Ulva.

"Hai, Galen!"

"Hm." Galen tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Lagi main game?"

"Hm."

"Game apa?" tanya Ulva sembari duduk di bangku sebelah Galen, sepertinya cowok itu tak menyadari.

"Ml."

Ulva mengangguk paham. "Main bareng yuk!"

Mendengar ajakan Ulva, Galen sontak menoleh. Ia terkejut melihat Ulva yang dengan seenaknya duduk di kursi sebelahnya. Tanpa menunggu apapun, cowok itu langsung mendorong Ulva, membuat gadis itu terjatuh ke lantai.

GALVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang