"WIDIH, KAKAK CANTIK GUE DATENG!!" teriak seorang cowok saat Ulva dan Melda baru saja memasuki rumah Melda.
Ya, dia adalah Rafa, adik satu-satunya Melda. Rafa dan Ulva memanglah sudah dekat. Rafa sendiri sudah menganggap Ulva sebagai kakaknya.
Ulva berteriak heboh. "Rafa!!" Dirinya segera berlari menghampiri Rafa dan memeluk anak laki-laki itu. "Apa kabar lo?" tanyanya sembari bertosan dengan Rafa.
"Baik gue mah. Lo gimana?" tanya Rafa pada Ulva. Bahkan dia lupa dengan Kakak kandungnya yang sedari tadi mengerucutkan bibirnya karena seperti tidak dianggap.
"Apalagi gue!" balas Ulva sembari tertawa dan merangkul Rafa. Layaknya teman akrab.
"Ekhem. Gue di sini gak kelihatan apa?" sinis Melda.
Rafa yang baru menyadari terkekeh. "Selau aja kek, Bang." Ia menghadap Ulva kembali. "Lo bawa makanan pastinya, kan?!" tanya Rafa dengan cengirannya.
Ulva mengangguk cepat. "Bawa dong, Adek gue yang ganteng!"
Rafa mengacungkan jempolnya. "Mantep nih!" Ia pun langsung merebut satu kantong plastik dari tangan Melda dengan seenaknya. "Gue mau ya, Va!" pintanya pada Ulva.
"Iya, Raf." Ulva segera duduk di kursi. Ia menatap sekitar. "Bunda sama Ayah lo ke mana, Mel?"
Melda mengidikkan bahu. "Gak tau juga. Cil, ke mana?" tanyanya pada Rafa yang sedang asik membuka ciki.
"Keluar sebentar katanya," jawab Rafa. Ia langsung menyalakan televisi dan duduk di atas karpet sembari terus mengunyah. "Tumben lo ke sini, Va?" tanyanya tanpa menatap Ulva, karena terus fokus pada kartun Adit, Sopo–Jarwo yang ditontonnya.
"Gue mau nginep di sini semalem, Bro. Boleh gak?" tanyanya sembari membuka minuman berasa yang tadi dibelinya di Supermarket.
Sedangkan Melda, ia memilih pergi ke kamar untuk membersihkan kamarnya yang berantakan.
"Boleh dong, Va!" jawabnya dengan senang.
Ulva ikut bergabung duduk di bawah dan nonton bersama Rafa. Keduanya begitu asyik. Menonton bersama juga memakan snak bersama. Ini yang Ulva suka jika menginap di sini, ia merasa seperti mempunyai keluarga. Di mana akrabnya ia dengan Rafa, begitu pula dia akrab dengan Bunda–Ayah nya Melda.
Keluarga Melda memanglah sangat sederhana. Namun kebahagiaan dari keluarga ini sangatlah luar biasa. Ulva terkadang iri dengan Melda. Gadis itu sangat beruntung, mempunyai adik yang bisa diajak bercanda, berantem, bahkan bercerita. Mempunyai Ayah yang sangat pengertian, begitu pula Ibunda yang selalu mengkhawatirkannya.
Tetapi Melda malah mengatakan sebaliknya. Ia sebal mempunyai adik seperti Rafa yang sangat menyebalkan menurutnya. Ayah yang terlalu ingin ikut campur atas apa yang dilakukannya dan Ibu yang selalu menghubunginya ketika main di luar. Menurutnya itu semua sangat mengganggu. Juga, uang sekolah yang beberapa kali sering nunggak.
Ulva tersenyum sinis saat mendengar Melda mengeluh seperti itu. Ia tidak tahu saja apa yang selalu dirasa setiap harinya. Percayalah, jika kita mempunyai segalanya tapi tak ada letak kebahagiaan, maka untuk apa itu semua?
🌊🌊🌊
Fajar pun tiba, Ulva bangun lebih dulu dari Melda. Ia menoleh pada Melda yang masih tertidur pulas.
Ia berniat turun untuk mengambil segelas air, karena tenggorokannya sangat kering akibat tadi malam berkaroeke bersama Rafa dan Melda.
Ulva pikir, ia yang bangun lebih dulu dari yang lainnya, tapi ternyata salah. Karena Bunda Melda justru sedang memasak. Ia tersenyum, apa mamanya bisa seperti itu? Memasakannya setiap pagi, sarapan bersama, sepertinya menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALVA
Teen FictionUpdate | Selasa-Jumat-Minggu Cewek anti menye-menye? Di sini tempatnya! Seorang gadis yang terkenal anti meanstrim dan selalu melakukan yang jarang dilakukan perempuan membuat gadis ini mendapatkan julukan dari seorang cowok sombong, bermulut pedas...