Misi Dimulai

56 6 0
                                    


"Halo, Sha! Hari ini lo ke kampus enggak?" tanyaku di ponsel seusai sarapan pagi. Aku sengaja meneleponnya untuk menjalankan misiku akhir tahun ini.

"Woles aja kali. Kenapa sih?" ucapnya membalas pertanyaanku.

"Misi gue! Rencana gue yang dulu! Gue mau mulai lagi nih!" kataku antusias sampai-sampai kasurku bergetar beberapa kali karena badanku berlompat-lompat di atasnya.

"Wow! Serius kamu?" nadanya meningkat.
"Serius lah, gue udah menemukan satu target baru gue!"
"Siapa? Siapa?"
"Woles woles, Neng! Nanti gue ceritain di kampus."
"Oke deh, aku sampai di kampus jam sepuluh mungkin."
"Sipp! Kita ketemu di tempat biasa ya?"
"Oke deh! See you darla..."

Aku tertawa sendiri di dalam kamar. Entah apa yang kurasakan saat ini, mungkin bahagia, puas, dan lepas meskipun aku belum tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku sudah menyiapkan rencananya. Semoga ia adalah orang yang akan dipertemukan Allah padaku, hihi...Doakan aku!

***
Cuaca hari ini tidak seperti hari-hari kemarin. Awan mendung menaungi ke tempat dimana aku pergi berpijak. Meski cuaca hari ini tidak terlalu cerah, tetapi udara lembab dan panas menyekap tubuh ini. Mungkin semalam tadi hujan telah turun ke bumi. Tanah-tanah kering yang biasa kutapaki, kini terasa lebih padat dan lembab dan memiliki bau aneh yang khas.

Suasana kampus pukul sepuluh pagi tidak begitu berbeda dengan suasana ketika aku masih berkuliah aktif di kampus ini. Mahasiswa masih banyak berlalu-lalang berjalan melewati taman-taman indah yang terlihat lebih segar. Motor-motor berseliweran di jalan utama kampus, begitu pula mobil-mobil mewah berkilauan memantulkan sinar matahari pagi yang masih malu menunjukkan dirinya secara penuh.

Tampaknya Raisha belum datang. Aku pun duduk di kursi tempat aku biasa menunggunya. Sebuah senyuman menyapaku dari arah kiriku ketika pandanganku menengok.

"Selamat pagi, Karin!" sapanya

"Selamat pagi, Pak!" balasku pada sapaan ramah dosen Basic English Grammar-ku. Tak kusangka Pak Surya masih mengingatku, padahal beliau hanya mengajarku di semester dua. Ini mungkin karena nilai grammarku selalu teratas di kelasnya saat itu. Beliau kemudian meneruskan langkahnya ke gedung dekanat.

Tak lama berselang, beberapa mahasiswi berlarian mengejar Pak Surya. Sudah dapat kupastikan, mereka telat mengumpulkan tugas kelas. Lembar kertas HVS yang terkulai, dibawa oleh mereka sambil berlari mengejar Pak Surya. Aku jadi teringat dahulu pada saat Pak Surya mengajar kelasku. Keadaan kami pada saat itu tidak jauh berbeda dengan mahasiswi-mahasiswi itu. Pak Surya selalu tegas pada mahasiswa yang diajarnya agar mengumpulkan tugas sebelum ia keluar. Namun kebanyakan mahasiswa belum benar-benar selesai mengerjakan tugas kuliah yang baru diberikan oleh Pak Surya lima belas menit yang lalu itu, sehingga terjadilah peristiwa seperti yang ada sekarang.

Aku tersenyum sendiri melihat tingkah laku mahasiswi-mahasiswi itu, sebelum akhirnya tertegun melihat seseorang.
Seseorang yang sama ketika aku menunggu Raisha beberapa bulan lalu. Pria itu mengenakan setelan kemeja kotak-kotak coklat dengan kancing yang dibiarkan terbuka, sehingga memperlihatkan kaos oblong berwarna merahnya. Lengan kemejanya yang dilipat sesiku, membuatku dapat melihat otot lengannya yang kekar dan kuat. Ia berjalan di seberang trotoar. Siapakah ia, pria yang selalu membuatku meleleh ketika melihatnya? Aku tak pernah tahu. Aku hanya mengenal rupa dan senyumannya saja.

Ponselku berdering mengejutkanku. Tertera nama Raisha di layar.
"Halo, kenapa Sha?"
"Kamu dimana?"
"Depan perpustakaan seperti biasa!"
"Ooh, oke deh. Bentar lagi aku sampai."
"Oke, bye!"
Ah dasar Raisha, padahal aku sudah mengatakannya untuk bertemu di tempat biasa ini yang kumaksud.

Sosok pria itu sudah menghilang, ia berjalan pergi ke arah yang tak pernah aku ketahui. Mungkin ia salah satu
mahasiswa fakultas teknik sipil atau mungkin juga arsitektur. Aku hanya bisa menduga-duga saja.

[END] An Ending OvercastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang