Hari ini, cuaca masih terus sama seperti hari-hari sebelumnya. Awan tebal masih betah menggantung di atas langit, untuk menyirami bumi yang sering kepanasan, mungkin akibat global warming. Jalan-jalan yang penuh dengan lubang selalu digenangi air yang berkumpul. Namun, pohon semakin kokoh dan semakin hijau untuk menaungi makhluk-makhluk yang bernaung di bawahnya.
Hari ini adalah hari pertamaku mengenakan jilbab dan kerudung untuk yang pertama kalinya. Sebulan setelah mendapatkan materi kajian Islam tentang menjadi Muslimah sejati, akhirnya aku berani memutuskan untuk berkorban lebih untuk diriku dan agamaku. Setelah hari ini, aku tidak boleh untuk melepaskannya kecuali di dalam rumah saja. Jingga telah banyak membantuku hingga akhirnya aku berani menutuskan. Mulai dari penguatan akidah Islamku yang ternyata masih sangat dangkal. Hingga tataran teknis yaitu mengantarku untuk membeli kain yang aku desain sendiri untuk menjadi jilbab. Sungguh aku beruntung bisa bertemu dengan Jingga, semoga Allah melindunginya selalu.
Sejak saat itu juga, aku menjadwalkan pertemuan untuk memperdalam keislamanku agar aku tidak tertinggal di akhirat nanti. Sebelum berhijab sempurna, aku telah meminta dukungan dari keluargaku. Alhamdulillah, kedua orangtuaku bahkan Dimas mendukungku. Mama senang sekali ketika tahu bahwa putrinya ini akan mengenakan hijab. Mama menjadi donatur utama untukku agar bisa membeli semua perlengkapan yang kubutuhkan. Ya Allah,
semoga Engkau membalas kebaikan orang-orang yang telah mengasihaniku. Aamiin.Aku tahu ini adalah hari pertamaku memakai hijab. Aku sedikit merasa canggung, mungkin karena belum terbiasa. Gamis abu berbahan katun dengan bunga-bunga ungu bertema vintage menghiasi tubuhku dan kupadukan dengan kerudung berwarna ungu. Aku melihat diriku di depan cermin. Terlihat aneh, meskipun menurutku masih sangat tampak seperti diriku yang biasa. Orang lain pasti masih bisa mengenaliku. Mungkin aku membutuhkan sedikit senyuman berseri-seri agar tidak terlalu kaku.
Siang ini, aku berjanji untuk menemui Raisha yang sudah lama tidak kutemui sejak adanya insiden hati itu. Memang, pada saat wisuda kami bertemu. Akan tetapi, setelah itu komunikasi kami tidak semulus seperti sebelumnya. Aku sendiri lebih banyak menghindarinya, bahkan tidak mengacuhkannya. Beberapa kali ia sempat menghubungiku lewat ponsel, tetapi aku tidak mengangkatnya. Aku sadar, aku tak boleh bersikap seperti itu padanya. Aku tahu, aku pernah terluka oleh sikapnya yang menurutku egois. Tapi ini juga bukan murni kesalahannya, ini juga kesalahanku. Aku harus memperbaiki hubungan ini. Apalagi kini, aku berkomitmen untuk berubah.
***
Kami bertemu di tempat biasa yang menjadi favorit kami akhir-akhir ini. Meskipun kadang aku selalu teringat sesuatu. Café Oasis adalah tempat yang sangat nyaman untuk berbincang-bincang. Kejadian kemarin membuatku sedikit bernostalgia akan keberadaan Adam, yang entah bagaimana kabarnya sekarang.
Aku menaiki tangga berkarpet cokelat yang selalu terlihat rapid an bersih. Senyuman sang pelayan menyambut kedatanganku setibanya aku di lantai dua. Aku melihat Raisha sudah duduk di sana, di sebuah meja sebelah jendela besar. Ia menengok ke arahku begitu suara langkah kakiku terdengar. Ekspresi senyuman ditambah kekagetannya melihat penampilanku saat ini menyambut kedatanganku. Seperti biasa, ia menyalamiku dan kami beradu pipi.
"Ya ampun, ini Karin? Kok bisa Karin yang aku kenal jadi bisa seperti ini?" ujarnya tak percaya.
"Ya bisa dong. Gue bisa berubah kapan aja."
"Enggak nyangka. Sejak kapan kamu mengenakaian pakaian Muslimah kaya gini?" tanyanya sambil memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. Penampilanku memang benar-benar tertutup, kecuali wajah dan telapak tanganku.
"Ini pertama kalinya. Doakan gue ya, mudah-mudahan bisa konsisten pakai jilbab dan kerudungnya."
Raisha tersenyum dan mengangguk. Ia mempersilakanku duduk di hadapannya, di kursi tempat biasa Adam duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] An Ending Overcast
Spiritual|| FOLLOW DULU SEBELUM BACA || PART LENGKAP Ini tentang pencarian cinta. . Awan kelabu menggantung di atas langit. Mendung itu bukanlah sebuah kepastian. Mungkin sang hujan akan turun, tetapi mungkin saja ia hanya akan berdiam diri ketika angin ber...