Adzan dzuhur berkumandang di tengah keramaian mahasiswa yang mengelilingi masjid kampus. Ada sebuah keanehan yang menggelitiki hatiku. Apa itu? Aku sendiri belum menemukannya. Heran.
Beberapa akhwat dengan kerudung dan gamis lebarnya berjalan melewatiku yang sedang duduk di teras masjid merasakan hembusan angin dingin di bawah mendungnya langit siang. Beberapa dari mereka sempat menengok ke arahku sambil melemparkan senyum kecil. Aku membalas senyuman itu meski aku tak pernah mengenal mereka sama sekali. Akhirnya aku berinisiatif untuk mengambil air wudhu sebelum Raisha tiba. Ia memang selalu
terlambat ketika aku memintanya untuk menemuiku. Seingatku ia masih ada kuliah. Jadi kubiarkan saja ia terlambat datang menemuiku.Aku memilih bertemu dengannya di masjid, karena menurutku masjid memiliki daya tarik tersendiri apalagi ketika matahari sedang di puncak singgasananya. Lagipula aku tidak akan terlambat untuk shalat dzuhur untuk yang kesekian kalinya. Maafkan aku ya Allah, sudah sebesar ini aku masih lalai untuk beribadah pada-Mu. Huff!
***
"Karin, sorry ya aku telat lagi! Tadi dosennya korupsi waktu jadi kita baru keluar jam dua belas lewat," ujar Karin sesampainya di teras masjid."Oke. Lo udah sholat belum, Sha?"
"Aku lagi berhalangan nih."
Raisha duduk di sebelahku. Pandangan kami mungkin tertuju pada orang-orang yang berseliweran di depan kami.
"Jadi, lo udah mulai komunikasi sama Adam? Gimana responnya?" tanyaku penasaran.
"Udah! Awalnya aku perkenalan diri dulu, biar dia nggak kaget gitu waktu aku mau minta bantuannya untuk ngedesain logo bisnis craft and gift kita. Dia sih fine aja waktu kita kenalan. Malah responnya bagus waktu aku minta bantuan itu. Dia bilang bersedia untuk bantuin kita."
"Oh ya?! Syukur deh. Terus terus?"
"Cuma, waktu dia nanyain konsep logonya kaya gimana, aku jawab belum tahu, karena harus aku bicarain sama partner bisnis aku, gitu!"
"Oke...hmm, jadinya gimana?"
"Kabar bagus buat kamu! Adam ngajak kita ketemuan akhir minggu ini. Aku sendiri sih udah menyetujui. Gimana?" ekspresi Raisha sungguh membuatku merah padam. Kedua matanya berkedip-kedip. Bibirnya melebar dengan senyuman cerianya. Sekejap saja ini membuat suhu tubuhku terasa panas terutama daerah pipiku.
"Really???" tanyaku tidak percaya.
Raisha mengangguk tajam seperti ia sedang menunggangi kuda yang melompat.
"OMG! Secepat itukah?!" tanyaku benar-benar tidak percaya.
"Iya, Rin! Dia butuh penjelasan kita, karena aku nggak bisa jelasin. Soalnya kamu yang bikin konsep logo kita, bukan?"
"Ooh...wow! Gue mulai deg-degan nih. Jadi gimana?"
"Nanti aku hubungi dia lagi buat janjiannya. Mau dimana nih?"
"Tempat yang cozy deket kampus, di café Oasis aja deh. Nggak terlalu ramai kan?"
"Oh oke, sip deh. Nanti aku hubungi dia. Well, terus gimana sama misi kamu setelah itu?"
"Hmm...nanti coba gue pikirin lagi deh, yang penting gue udah kenal sekilas tentang Adam sedikit demi sedikit."
"Oke deh. Makan yuk! Laper nih!"
"Yuk!"
***
Hari yang ditunggu-tunggu itu ternyata tiba. Rasa panikku memuncak. Jantungku terus berdebar sejak bangun tidur tadi. Aku berusaha mencoba tenang, tetapi terlalu susah. Aku mengatur nafas berkali-kali, tetapi tetap saja sama. Aku masih panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] An Ending Overcast
Spiritual|| FOLLOW DULU SEBELUM BACA || PART LENGKAP Ini tentang pencarian cinta. . Awan kelabu menggantung di atas langit. Mendung itu bukanlah sebuah kepastian. Mungkin sang hujan akan turun, tetapi mungkin saja ia hanya akan berdiam diri ketika angin ber...