Hari ini prosesi wisuda mahasiswa yang telah lulus di pertengahan tahun digelar. Entahlah berapa banyak mahasiswa yang akan diwisuda minggu ini. Aku bahagia sekali telah berhasil melewati waktu panjang sebagai mahasiswa sastra Inggris, merasakan susah senangnya berkuliah, membaca banyak jurnal dan karya sastra penulis luar, berjibaku dengan skripsi, dan merasakan tegangnya berdiri di hadapan para dosen penguji. Akhirnya aku bisa melewati itu semua dan inilah prosesi terakhirku sebagai mahasiswa. Setelah ini aku benar-benar akan menyandang gelar dengan status pekerjaan tidak jelas, sarjana non-pegawai, atau sarjana-entrepreuner. Aku tidak peduli yang penting aku bisa membuat orang tuaku bangga hari ini.
Pakaian kebaya yang aku desain sendiri kupakai hari ini begitu spesial. Riasan wajahku biasa saja asalkan minyak tidak berkilauan di atas permukaan wajahku. Bibir telah kupoles dengan warna merah bata yang paling aku suka, karena warna ini tidak akan membuatku terlihat menor, justru sebaliknya terkesan biasa tetapi tetap berseri. Rambutku telah digelung oleh sanggul modern yang membuatku tersiksa ketika sedang memakainya. Akan tetapi topi dan toga semuanya menutupi kecantikan yang sudah ditata ini. Tak apalah.
Prosesi wisuda berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Di luar, orang-orang sudah menunggu kami, para wisudawan, untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan kami. Keluargaku memelukku satu persatu setelah kami berkumpul di luar. Begitu pula dengan Raisha yang dengan sengaja datang untuk mengucapkan selamat padaku. Ia ditemani oleh Gian, tunangannya. Beberapa teman sekelasku yang juga melaksanakan wisuda berkumpul untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan. Setelah ini, kehidupanku akan berbeda.
Matahari bersinar. Kulihat hari ini belum ada sedikit awan pun yang menghalanginya duduk di atas singgasananya. Ia pun bersinar dengan leluasa, menebarkan kehangatan.
***
Hari ini, seminggu setelah wisudaku, aku sudah berjanji untuk bertemu dengan Jingga siang ini. Teras masjid setelah shalat dzuhur menjadi ramai oleh mahasiswa yang sedang santai menikmati waktu istirahatnya sambil bercengkerama dengan teman-teman karibnya.
Aku sedikit menyesal. Mengapa ketika baru lulus justru aku datang ke sini untuk belajar Islam? Mengapa tidak sejak dulu saja? Apakah ini bagian dari skenario Allah untukku ataukah ini adalah pilihanku sendiri? Jika harus kujawab, sepertinya ini adalah bagian dari keduanya. Aku haus akan keislamanku yang begitu kurang,dan beruntungnya Allah menggerakkan hatiku. Begitulah mungkin. Tidak ada kata terlambat untuk memulai kebaikan, bukan? Ya, aku harap aku masih bisa mengejar keterlambatanku.
"Assalamu'alaikum. Teteh sudah lama nunggu? Maaf ya saya terlambat?" sapa sebuah suara lembut diiringi senyuman hangat. Jingga datang dan menyalamiku. Ia terlihat sangat berseri dengan gamis ungu dan kerudung merah mudanya.
"Wa'alaikumsalam. Ah enggak, saya baru selesai shalat dzuhur juga kok."
"Ohh. Teh Karin, gimana wisudanya kemarin? Wah pasti seneng banget ya udah lulus sekarang! Selamat ya teh!" ujarnya ceria.
"Ah biasa aja. Wisuda ya begitu-begitu saja. Meski sekarang gelar sarjana sudah didapat, gelar pengangguran pun resmi didapat. Dilema, dilema!" kataku.
Jingga tertawa. "Iya ya, Teh! Jadi dilema juga. Meskipun kita perempuan, zaman sekarang ini sama-sama dituntut untuk bekerja juga oleh orang tua. Ya, minimal berwirausaha. Serba sulit hidup di zaman sekarang ini."
"Ya, semuanya butuh uang. Makan butuh uang, kuliah butuh uang, mau sehat pun butuh uang. Mau cari yang gratis, kualitasnya rendah dan enggak mutu. Sama-sama enggak asik!" tambahku.
Jingga mengeluarkan netbook dari dalam tasnya dan menyalakannya.
"Eh, Jingga baru selesai kuliah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] An Ending Overcast
Spiritual|| FOLLOW DULU SEBELUM BACA || PART LENGKAP Ini tentang pencarian cinta. . Awan kelabu menggantung di atas langit. Mendung itu bukanlah sebuah kepastian. Mungkin sang hujan akan turun, tetapi mungkin saja ia hanya akan berdiam diri ketika angin ber...
![[END] An Ending Overcast](https://img.wattpad.com/cover/267857561-64-k637212.jpg)