Malam ini setelah bekerja, Haechan yang mengunci cafe hari ini. Nana sudah pulang lebih dahulu, hanya tinggal Haechan disini. Setelah memastikan semua peralatan dalam keadaan mati, Haechan memadamkan lampu kemudian keluar dan mengunci pintu.
Biasanya Haechan pulang dengan berjalan kaki, tak terlalu jauh juga dari apartemennya, 25 menit berjalan kaki dan Haechan sudah sampai. Itu kalau Haechan tidak mampir untuk membeli snack atau makanan karena malas memasak. Tapi hari ini sepertinya dia akan beli kimbab saja, ia sedang malas dan persediaan bahan makanan di kulkas sudah menipis,
"Aku harus belanja besok," ujarnya, awalnya Haechan baik-baik saja, dia bernyanyi-nyanyi kecil disepanjang jalan. Hingga tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya ke belakang, mengunci pergerakannya, lalu dalam satu kali pukulan kecil di lehernya Haechan kehilangan kesadarannya.Tubuh Haechan digendong dan dibawa masuk ke dalam mobil SUV warna putih,
"Aku sudah mendapatkannya,"
"Bagus, bawa dia ke rumah,"
Mobil itu mulai melaju menuju ke rumah yang dimaksud oleh orang yang ada di telfon tadi. Tentu saja dalangnya adalah Mark Lee. Pria itu benar-benar akan melihat Haechan di kamarnya malam ini.
Haechan mulai membuka matanya ketika merasakan sentuhan aneh di area lehernya, matanya membulat sempurna ketika dia mendapati seseorang menindih tubuhnya dan menciumi leher jenjangnya. Haechan ingin memberontak, tapi dia tidak bisa karena kedua tangan dan kakinya terikat dengan sisi ranjang. Ia ingin berteriak pun tak bisa, mulutnya tersumpal dengan gag ball.
"Umphh!"Mendengar suara teriakan tertahan Haechan membuat pria di atas tubuh Haechan mengangkat wajahnya, kini Haechan bisa melihat tampangnya dengan jelas. Pria yang terang-terangan memintanya menjadi sugar baby-nya di cafe tadi, Mark Lee.
"Sudah bangun, hm? menyukainya?" tanya Mark.
"Dia sudah gila," batin Haechan. Dia harus melepaskan diri,
"Mmmphh!" Haechan berusaha menggerakkan tubuhnya yang bahkan pergerakannya dibatasi.
"Hey...easy...ini tidak akan sakit," ucap Mark, tangannya mengusap pipi Haechan lalu turun ke leher Haechan yang sudah memiliki beberapa bercak merah disana.
Tubuh Haechan hanya tertutup sebuah kemeja putih oversize, sengaja Mark buat seperti itu karena dia suka melihat tubuh sub yang hanya menggunakan atasan oversize berwarna putih seperti ini.
Haechan kembali memekik ketika dia merasakan ciuman di lehernya, perlahan turun ke dadanya, lidah Mark bermain di atas dadanya, menjilat, mencium dan meninggalkan bekas disana.
"Emmhh.." Haechan masih berusaha memberontak, rasanya aneh, terasa geli hingga membuat perut Haechan merasakan sensasi aneh.
"Nikmati saja Haechan, kau akan suka," ucap Mark. Ia membuka tiga kancing teratas kemeja Haechan, kemudian tanpa meminta persetujuan Haechan ia melumat nipple Haechan, tubuh Haechan menggelinjang merasakan sensasi baru di tubuhnya, tangannya terkepal dan kakinya mulai bergerak gelisah, terutama ketika lidah Mark bermain dengan lihai diatas nipplenya.
"Enak bukan?" tanya Mark, tangannya menelusup ke balik kemeja, mengusap paha dalam Haechan dengan lembut,Mulus. Dan demi apa Mark sudah tak tahan lagi, melihat tubuh Haechan yang tidur dengan posisi terikat saja sudah berhasil membuat Mark tergoda, dia ingin memasuki Haechan sekarang juga.
Mark melepas pangutannya, ia memposisikan dirinya setengah berdiri, sialan! wajah Haechan terlihat begitu menggoda sekarang. Jika di deskripsikan rasanya Mark tak akan henti memuja, wajahnya begitu needy, tatapannya sayu, tubuhnya basah karena keringat, kulit berwarna tan milik Haechan membuat semuanya menjadi perfect. He's so damn sweet like honey.
Mark tersenyum kecil, senyum yang begitu menakutkan bagi Haechan, dia sedang terancam sekarang. Ketika ia melihat Mark mulai melucuti baju dihadapannya, kepala Haechan menggeleng keras,
"Kumohon jangan.." Haechan hanya bisa membatin, perlahan air matanya menetes membasahi pelipisnya. Kesalahan apa yang sudah dia perbuat hingga ia mendapatkan perlakuan seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
FanfictionSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...