Jaemin duduk dikursi yang ada disebelah ranjang dimana Haechan kini terbaring, tembakan yang mengenai Haechan di bagian punggung kiri Haechan itu menyebabkan Haechan kehilangan banyak darah, beruntung stok darah masih mumpuni sehingga Haechan masih bisa tertolong. Pasca operasi tadi, Mark dan Minhyung sudah datang bersama dengan Jeno sebenarnya, tetapi ketiga pria itu sekarang pergi entah kemana, Jeno hanya mengantar sih nanti dia kembali lagi.
"Ayo bangun Haechan, setelah itu pergi dari dua makhluk tak berhati itu. Kau terlalu banyak menghadapi masalah karena mereka berdua." ucap Jaemin, dia meraih tangan Haechan dan menggenggamnya sembari terus berdoa dalam hati agar Haechan bangun.
Keadaan ruang rawat itu sangat sepi, hingga ketika pintu kamar terbuka saja berhasil membuat Jaemin kaget karena begitu tiba-tiba. Seseorang yang tak Jaemin kenal berjalan masuk, seorang wanita dengan setelan dress warna putih susu yang dihiasi manik-manik dan jas berwarna senada yang disampirkan di bahu mulusnya.
"Lee Haechan, benar kan?" tanyanya.
"Bukan, dia bukan Lee Haechan. Kau salah kamar." jawab Jaemin. Dia merasakan aura tidak mengenakkan dari wanita itu, tak sudi sekali jika nama Haechan disebut olehnya. Wanita itu terkekeh,
"Aku tidak salah kamar. Tenanglah, aku tidak berniat menyakiti." ujarnya, dia berjalan ke arah Jaemin dan mengulurkan sebuah surat beramplop putih padanya.
"Berikan pada Haechan jika dia sudah sadar nanti." ucapnya. Jaemin menerima amplop itu dengan ragu, setelahnya wanita itu benar-benar pergi lalu Jeno datang.
"Siapa dia?" tanya Jeno yang dibalas gelengan oleh Jaemin,
"Dia memberikan ini." ucap Jaemin sembari menunjukkan surat di tangannya, Jeno meraih amplop itu dan membukanya.
"Katanya untuk Haechan." ucap Jaemin.
Jeno dan Jaemin membaca surat itu bersama, tak salah lagi kalau itu adalah surat ancaman.
"Apa kita perlu memberitahu Haechan soal ini?" tanya Jaemin. Mau bagaimanapun juga Haechan yang sekarang ini sangat mudah terpancing dan pasti akan langsung menghadiri surat ancaman ini. Dan Jaemin tidak akan pernah membiarkan itu terjadi,
"Biarkan Haechan tau soal ini." keputusan Jeno membuat Jaemin melotot pada kekasihnya itu,
"Tidak! kau gila?! aku ingin kau yang membereskan ini, mengurus soal Rose dan keluarganya saja belum selesai kenapa Haechan harus menghadiri undangan gila dari orang yang tak dikenalnya ini?" tanya Jaemin, dia menarik surat dari tangan Jeno, tetapi pria itu tak membiarkannya dan pada akhirnya terjadi adegan tarik menarik diantara keduanya.
"Berikan padaku!" protes Jaemin.
"Tidak, percayalah padaku Jaemin, Haechan perlu tahu soal ini." ucap Jeno.
"Tidak! Haechan tidak boleh tahu soal ini." balas Jaemin.
"Tahu soal apa?" suara itu membuat keduanya menoleh dan menatap Haechan yang entah sejak kapan sudah sadar.
"Haechan, sejak kapan-"
"Beri aku minum." ucap Haechan. Jaemin melepaskan pegangannya pada amplop kemudian berjalan mengambil minum di nakas dan membantu Haechan meminum air di botol dengan sedotan karena lelaki itu belum bisa bangun.
"Aku pergi." ucap Jeno, bahkan sebelum Jaemin atau Haechan menjawab pria itu sudah keluar dari ruang rawat begitu saja.
"Apa yang kalian rebutkan tadi, apa yang tidak boleh aku tahu?" tanya Haechan.
"Tidak ada, sudah lupakan saja." jawab Jaemin. Mendengar jawaban itu membuat Haechan tak bertanya lebih lanjut, bukan urusannya juga.
"Map! Map yang aku bawa, dimana?" tanya Haechan ketika sadar kalau dia menemui Jaemin untuk menemaninya membaca berkas yang diberikan oleh Jaehyun. Jaemin mengambil map yang dimaksud Haechan, dia meletakkannya di laci nakas,
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
Fiksi PenggemarSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...