Mark menatap ke arah luar jendela, kegiatannya yang sering dia lakukan ketika subuh dan menjelang malam hari.
"Tuan muda, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda." Mark masih tak mengalihkan pandangannya dari jendela, maid yang berbicara tadi pun masih berada disamping pintu kamar Mark. Hingga beberapa menit kemudian Mark menghembuskan nafas,
"Keluar." ucapnya. Tanpa bertanya atau berucap apapun lagi, maid keluar dari kamar Mark dan tak lupa menutup pintunya. Setelah kepergian maid itu Mark baru berbalik badan dan berjalan menuju ke kamar mandi. Selama ini, Mark hanya bisa menatap dunianya dari balik jendela kamar atau jendela rumah. Mengintip dari balik kaca dan menerka akan apa yang ada diluar sana, sejak awal dia memang sudah kalah telak dimata kedua orang tuanya, dia kalah dari Minhyung yang memiliki akademis bagus dan bersekolah diluar sana. Namun meskipun begitu Minhyung dan Mark tak pernah saling membenci, meskipun Mark selalu dingin terhadap orang lain, tetapi dirinya berubah ketika bersama dengan Minhyung. Kakaknya itu selalu membawakan barang dari luar, menceritakan kesehariannya yang sering membuat Mark iri karena selama ini dia homeschooling sejak umur lima tahun. Ketika Mark dinyatakan mengidap skizofernia, orang tuanya menganggapnya sebagai aib keluarga yang tak boleh diketahui oleh orang lain. Hingga tak ada yang tahu keberadaan Mark, mereka hanya tahu Minhyung.
Ini sudah memasuki tahun kedua dia homeschooling Sekolah Menengah Pertama, semuanya terasa begitu membosankan, memang kalau dia menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari Minhyung, tetapi tetap saja dia bosan. Setiap piala penghargaan yang dibawa oleh Minhyung lebih berarti bagi orang tuanya dibandingkan dengan tugas-tugas yang diselesaikan dengan nilai sempurna oleh Mark.
Mark menanggalkan pakaiannya sebelum akhirnya merendam tubuhnya di dalam bathup berisi air hangat dengan sabun beraroma vanilla yang dibelikan oleh Minhyung.
"Mark!" Minhyung membuka pintu kamar mandi secara tiba-tiba, membuat Mark yang baru saja memejamkan mata menikmati sensasi hangat diseluruh tubuhnya membuka mata.
"Aku membeli game terbaru, cepat selesaikan mandimu lalu ayo bermain." ajak Minhyung, kakaknya itu lalu pergi begitu saja keluar dari kamar mandi setelah menutup pintu. Mark menghela nafas, apa boleh buat? dia juga senang bermain game konsol yang dibelikan oleh Minhyung. Yang jelas mereka bermain diam-diam, ketika kedua orang tuanya ada perjalanan bisnis keluar negri selama berminggu-minggu adalah hal paling menyenangkan bagi Mark dan Minhyung karena bisa bermain seharian.
Kehidupan Mark tergantung pada Minhyung, sangat bergantung pada kakaknya itu. Namun yang tak pernah Mark tahu adalah, diluar sana Minhyung juga merasa tersiksa. Dituntut untuk menjadi sempurna diberbagai bidang mulai dari atletik hingga akademis, Minhyung harus menjadi sempurna tanpa celah. Sifat Minhyung lebih humble, tetapi menyimpan banyak dendam di dalam hatinya, menyimpan benci membuncah pada kedua orang tuanya.
Setiap pukulan, setiap cambukan yang selalu dia terima saat melakukan kesalahan kecil yang mengganggu di mata kedua orang tuanya. Minhyung saat itu berfikir, lebih baik Mark berada di dalam kamar dan tetap homeschooling daripada dia berakhir seperti dirinya yang dipukul habis-habisan karena tidak memenuhi ekspetasi kedua orangtuanya.
Dan puncaknya, adalah malam itu. Baik Mark dan Minhyung sudah lulus dari SMA, Mark menjalani kuliah online dan Minhyung menjalani kuliah seperti mahasiswa biasanya. Malam ketika harusnya menjadi malam pertemuan pertama mereka setelah kedua orang tuanya itu pergi berbisnis ke luar negri selama empat bulan, menjadi pertemuan terakhir mereka karena yang menyambut kedua orang tua itu begitu membuka pintu adalah sosok Mark dan Minhyung yang menyodorkan senapan pada kedua orang tuanya sendiri.
Malam itu, langsung muncul berita tentang perampokan pada rumah keluarga besar Lee, namun tak ada kesaksian mata atauun CCTV yang bisa membuktikan hal itu. Mark dan Minhyung sendiri melakukan akting mereka dengan baik di depan polisi. Dan setelah itu, kedudukan Ayahnya di perusahaan secara otomatis berpindah tangan pada Minhyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
FanfictionSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...