Mark sedang mengecek persediaan pelurunya, setelah itu memasukkan beberapa di balik saku jas-nya. Setelah memastikan semuanya sudah siap, Mark keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah yang akan menjadi tempat pembantaiannya kali ini. Kehadirannya memang sudah di nanti, tetapi kejutan yang akan diberikan Mark tidak pernah dinanti oleh keluarga Frederrick.
Harusnya Mark hanya melakukan kunjungan untuk saling mengenal, namun ini adalah hari terakhir mereka akan bertemu. Kali ini pelanggan Mark bukan dari kalangan para pengusaha ataupun dari mereka yang ingin membunuh seseorang. Salah seorang anggota kepolisian datang pada Mark dan meminta bantuan pada Mark untuk membunuh keluarga Frederrick, jarang sekali polisi mau bekerja sama dengan Mark. Namun pihak kepolisian juga sudah banyak membantunya menutupi banyak kasus yang telah Mark lakukan.
"Selamat pagi Tuan Lee." sapa Tuan Frederrick.
"Rumahmu bagus juga." puji Mark.
"Terimakasih." balas Tuan Frederrick, mereka menuju ke ruang makan. Karena sudah siang juga jadi keluarga Frederrick menyiapkan makan siang. Ada anak pertama dan anak keduanya sudah menunggu, istrinya sudah meninggal akibat kanker lima tahun silam. Kebanyakan yang diobrolkan oleh mereka berdua adalah masalah bisnis, jadi kedua anak Tuan Frederrick tidak terlalu mengerti dan hanya menghabiskan makanan mereka atau menjawab saat ditanya.
"Oh iya, selamat atas pertunangan anda. Saya tidak dapat datang ke acara pertunangan anda kemarin." ucap Tuan Frederrick,
"Tidak apa-apa, kau juga tidak perlu bertemu dengan tunanganku." balas Mark.
"Ya?" Taun Frederrick terlihat bingung, Mark tersenyum kecil kemudian dia bangkit dari duduknya.
"Jangan pura-pura bodoh." Mark mengeluarkan pistolnya dan langsung mengarahkannya pada kepala Tuan Frederrick.
"Aku hanya membantu menyelesaikan masalah, dengan menyingkirkan tikus sepertimu." ucap Mark, karena pria itu bukanlah orang yang suka mengulur waktu, jadilah setelah dia berucap demikian satu peluru langsung menempus kepala Tuan Frederrick.
"Brengsek!" dan tanpa di duga, putri pertama Tuan Frederrick menyodorkan pistol pada Mark.
"Wow...wow..easy." ucap Mark.
"Aku sudah tahu kalau ada yang mencurigakan." ucapnya. Mark terkekeh, hendak menjawab tetapi vibrasi ponselnya membuat Mark menghela nafas, ia mengambil ponselnya kemudian mengangkat telfon. Siapa lagi kalau bukan Haechan pelakunya?
"Babe, aku sedang bekerja." ucap Mark, karena masih diliputi dengan kebingungan, kedua putri Tuan Frederrick itu saling menatap. Mark melirik keduanya, dan melihat kesempatan, jadi dia langsung menembak keduanya.
"Bunuh sisanya." ucap Mark, dan setelah itu terdengar suara tembakan bersusulan menghabisi semua pelayan dan pekerja yang ada disana.
"Pulang! cepatttt!" ucap Haechan.
"Hey ada apa? bukankah ada Minhyung?" tanya Mark.
"Aku ingin kalian berdua." balas Haechan. Mark masuk ke dalam mobilnya, kali ini membiarkan Jaehyun yang menyetir,
"Kali ini apa lagi?" tanya Mark.
"Ingin menghisap penis kalian bergantian." balasan Haechan membuat Mark mengeraskan rahangnya. Mulut Haechan memang perlu diberi pelajaran.
"Ok. On my way." setelah itu Mark mematikan panggilan. Jaehyun yang sedang menyetir menatap Mark,
"Separah itu?" tanya Jaehyun.
"Dia banyak mengidam hal yang tidak masuk akal, aku sampai menyiapkan hologram jurrasic Park beberapa waktu lalu untuk menuruti keinginannya." jawab Mark. Jaehyun meringis, kenapa orang mengidam malah terlihat seram baginya,
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
Fiksi PenggemarSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...