Sekarang mereka sedang dalam perjalanan, Mark mengikuti Jeno yang memimpin untuk menunjukkan arah. Namun begitu sampai disana setelah tiga puluh menit perjalanan, yang mereka dapatkan adalah ambulance dan mobil pemadam kebakaran karena mobil masuk ke dalam jurang.
Haechan langsung turun dari mobil, menghampiri petugas polisi yang ada disana.
"Apa ada korban selamat?" tanya Haechan,
"Satu korban selamat ada di ambulance, anda siapa?" tanpa menjawab pertanyaan dari polisi, Haechan langsung berlari menuju ke ambulance dan dia menemukan Dongsook ada disana dengan kepala yang sudah diperban.
"Donghyuck..." tubuh Dongsook bergetar hebat, pelipisnya penuh dengan keringat, mengingat kejadian beberapa saat lalu ketika Ayahnya dengan sengaja mengarahkan mobil mereka ke jurang, saat itu keadaan jendela disamping Dongsook terbuka dan dia yang tidak memakai sabuk pengaman terlempar keluar jendela. Namun naasnya semua orang selain dia masuk ke dalam jurang.
Haechan masuk ke dalam ambulance dan langsung memeluk tubuh Dongsook dengan erat dan berusaha menenangkan adiknya itu. Mark dan Minhyung yang melihat interaksi keduanya sedikit terkejut karena Dongsook benar-benar mirip seperti Haechan, hanya berbeda kelamin dan panjang rambut saja.
"Sebaiknya kita menunggu di mobil," ajak Minhyung yang disetujui oleh Mark. Biarkan dua bersaudara itu menyelesaikan masalahnya dulu.
"Kenapa Ayah melakukan itu?" tanya Haechan, ia melonggarkan pelukannya setelah dirasa Dongsook sudah tenang.
"Aku juga tidak tahu." Dongsook menjawab sembari menggelengkan kepala,
"Dengar, Ayah pernah menyuruh seseorang untuk membunuhku. Ini tidak mungkin hanya sebatas emosi yang dimiliki Ayah," ucap Haechan.
"Ayah melakukan itu?" tanya Dongsook yang dibalas anggukan oleh Haechan.
"Ketiga orang lain sudah ditemukan!" suara polisi membuat semua orang mengalihkan pandangan.
"Dia akan ikut denganku di mobil belakang," ucap Haechan.
Beruntung Dongsook hanya mengalami luka kecil dan tidak berakibat fatal, namun di rumah sakit nanti tetap akan dilakukan tes lebih lanjut.
Akhirnya mobil ambulance membawa Donghyun, Ibu Haechan dan Ayah Haechan pergi disusul dengan mobil Mark dan Jeno. Untung mereka sudah menyembunyikan senjata api mereka, kalau sampai ketahuan bisa panjang urusannya.
Setelah menjalani pengobatan dan berganti baju, Dongsook kini hanya bisa duduk disamping Haechan setelah mendengar kabar bahwa Ayah, Ibu dan Donghyun tidak bisa diselamatkan.
Mark dan Minhyung berjalan menghampiri Haechan dan Dongsook,
"Oh! si cabul!" Dongsook langsung menunjuk Mark dan Minhyung.
"Eh? yang mana ya?" tanya Dongsook. Melihat itu Haechan menurunkan tangan saudarinya,
"Dua duanya cabul." jawab Haechan dengan kekehannya,
"Hei, kalian tidak bersedih jika kedua orang tua kalian meninggal? bahkan adikmu?" tanya Jeno.
"Hm...bagaimana ya menjelaskannya, aku sudah tentu mati rasa." ujar Haechan.
"Aku...Entahlah, menangis pun tidak ada gunanya sekarang." lanjut Dongsook.
"Terimakasih Mark dan Minhyung karena memburuku, sekarang aku semakin tidak tahu alasan kenapa Ayah melakukan ini semua." ucap Haechan.
"Kau masih harus pulang dengan kami." ucap Mark. Mendengar itu Haechan mendengus,
"Oh ya tentu saja aku akan kembali pada kalian. Bodoh sekali jika tidak, kalian atm berjalanku." setelah berucap demikian Haechan berdiri,
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
FanfictionSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...