Malam ini Haechan terbangun, jam masih menunjukkan pukul tiga pagi. Setelah meninggalkan kamarnya, Haechan berdiri di balkon dengan tubuh yang terbalut jaket tebal dengan piyama dibaliknya. Lelaki manis itu menatap pemandangan hamparan rumput luas dan pepohonan yang agak jauh dari sana. Langit masih begitu gelap dan bintang masih terlihat.
"Apa yang harus kulakukan pada mereka berdua." gumam Haechan,
"Hey nak, apa kalian sebegitu sayangnya dengan Daddy kalian itu?" tanya Haechan sembari mengusap perutnya yang mulai mengeras, Haechan mendengus. Ia lantas kembali masuk ke kamar,
"Sial, kenapa aku jadi bingung atas semua ini." ucap Haechan, dia memutuskan untuk kembali ke dapur untuk membuat minuman hangat, yang terpikir untuknya hanya membuat coklat hangat. Suasana rumah besar ini sangat sepi ketika jam tiga, banyak hal yang dipikirkan oleh Haechan hingga pemuda itu melamun sembari menikmati coklat hangatnya. Tak sadar hingga jam sudah menunjukkan pukul lima pagi dan setelah itu Haechan kembali ke kamar, disana Mark masih tertidur pulas, bahkan ketika Haechan menidurkan diri disamping Mark.
"Pelajaran terbaik mungkin bisa kuberikan pada kalian setelah ini. Siapa suruh berlaku seenaknya dan tidak buru menikahiku." ucap Haechan dengan lirih sebelum ia kembali memejamkan matanya.
Ketika pagi menyambut, Mark baru bangun dan Haechan masih tertidur pulas. Jadi pria itu memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu, namun belum sempat Mark beranjak sebuah tangan menghentikannya.
"Daddy Markeu~" Haechan memeluk perutnya dengan erat seakan tak mau melepaskannya. Mark dengan terpaksa menggendong tubuh Haechan ala koala.
"Daddy hari ini jangan pergi." ucap Haechan begitu mereka sampai di kamar mandi,
"Tidak, aku tidak akan pergi kemanapun." jawab Mark, ia mendudukkan Haechan diatas kloset.
"Sekarang apa yang ingin kau lakukan?" tanya Mark,
"Tidak ada, hanya menikmati hari denganmu." jawab Haechan. Ia menatap setiap gerak-gerik Mark hingga pria itu menatap gelagat aneh dari Haechan.
"Ada yang ingin kau katakan?" tanya Mark. Namun lagi-lagi Haechan hanya menggelengkan kepala dengan senyum yang terpatri di bibirnya,
"Kapan Daddy Minhyung pulang?" tanya Haechan.
"Malam ini." Mark memilih untuk membersihkan diri, melepas bajunya dengan Haechan yang mengawasi setiap gerakan Mark, hingga membuat Haechan akhirnya ikut mandi bersama dengan Mark dibawah guyuran air shower.
Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Haechan dan Mark ketika dirumah, kebanyakan hanya menghabiskan waktu untuk menonton film bersama, menemani Haechan membuat makanan atau sekedar bermain game bersama.
"Haechan, apa kau tidak mengantuk?" tanya Mark pada Haechan yang duduk dipangkuannya, kepala si manis mengangguk dengan tangan mungilnya yang masih memainkan jemari milik Mark.
"Aku mengantuk." jawab Haechan.
"Baiklah, kalau begitu ayo tidur siang." Mark menggendong tubuh Haechan, dari sofa kamar menuju ke ranjang kamar, menidurkan tubuh mereka berdua diatasnya dan terlelap tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🍉🍉🍉🍉🍉🍉
Minhyung masuk ke dalam rumah, tak ada suara apapun dan dia juga tidak menemukan penjaga atau maid. Jam memang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah waktunya untuk tidur, tetapi entah kenapa kesunyian yang dia dapati saat ini terasa sangat janggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
ФанфикSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...