Kabar tentang kematian Mark tidak pernah muncul ke publik, Minhyung sengaja menyembunyikannya dari publik untuk mencegah hal lain terjadi. Bukan karena dia takut, namun lebih karena tidak ingin Mark dipermalukan banyak orang dan dianggap remeh. Dia masih ingat dengan jelas kalau Mark mati setidaknya dia ingin mati dengan terhormat, bukan dengan cara dibunuh seperti ini.
Hari demi hari berganti, Minhyung masih belum bisa menemukan siapa pelaku pembunuhan dan juga dimana Haechan sekarang. Meskipun sudah menyerahkan tugas mencari Haechan pada Jeno, namun semuanya masih sama. Tak pernah diketahui dimana keberadaan Haechan setelah dua minggu berlalu.
Rasanya kepala Minhyung sudah mau pecah memikikan teka-teki ini, namun dia tidak bisa menyerah karena itu sama saja mempermalukan dirinya sendiri. Memikirkan bagaimana keadaan Haechan sekarang, bagaimana jika seseorang menyiksa Haechan setiap hari tanpa ampun hingga membuat tubuh yang selalu ingin dia peluk itu tergores dan meninggalkan bekas?
Bagaimana tidak tenangnya Mark di alam sana? kepalanya belum ditemukan dan dirinya dibunuh secara brutal. Hanya dua hal itu yang bisa dipikirkan oleh Minhyung, tak ada malam tanpa alkohol dan batang nikotin untuknya, setelah pergi hingga ke luar negri untuk menghampiri para tersangka yang ternyata tidak ada sangkut pautnya, Minhyung hari ini kembali ke apartemen di Seoul. Apartemen milik Haechan, tempat terakhir yang dikunjungi oleh Haechan. Bahkan semua alat makan disana masih di tempat yang sama, hanya dibersihkan makananannya saja kemarin oleh Jaemin.
Minhyung menatap keluar jendela dan menghembuskan asap nikotin dari mulutnya, meskipun apartemen ini kecil namun keberadaan seseorang bisa terasa dengan jelas disini.
"Mark, aku tidak akan membiarkan diriku gagal untuk melindungi kalian berdua." ucap Minhyung, ia kembali menyesap rokoknya, membiarkan asap nikotin itu memenuhi rongga kerongkongannya. Matanya memejam selama beberapa saat kemudian kembali membuka,
"Sepertinya aku sudah gila jika memikirkan ide itu lagi." Minhyung terkekeh diakhir kalimatnya, sebuah ide gila terlintas diotak dan benaknya, sudah dibenarkan oleh otak namun belum diyakini oleh hati. Dan hal itulah yang membuat Minhyung masih bertahan dengan menyusuri seluruh dunia,
"Kau akan mengekspos dirimu Minhyung?" suara itu membuat Minhyung menoleh, dia datang sendiri, tetapi kenapa bisa ada suara orang lain disini? dan juga, bagaimana bisa? dia tidak mendengar suara seseorang masuk.
Ketika Minhyung menolehkan kepala untuk melihat siapa yang bersamanya, dan tanpa dia duga orang itu adalah Lucas.
"Luke? sejak kapan kau disini?" tanya Minhyung.
"Sudah lama." jawab Lucas, dia bahkan datang dengan segelas red wine di tangannya,
"Kau tinggal disini?" tanya Minhyung yang dibalas gelengan oleh Lucas.
"Tidak juga." Lucas berjalan menghampiri Minhyung dan berhenti di depan Minhyung,
"Aku hanya datang untuk mengambil sesuatu." lanjutnya. Tatapan keduanya beradu, saing menatap dan menelisik tentang tujuan masing-masing, namun itu tidak berlangsung lama karena Minhyung mengambil langkah dan memberikan bogeman pada Lucas, sayangnya pria itu lebih cepat dan menghindar.
"Bangsat! kau yang melakukan semua ini?!" intonasi suara Minhyung meninggi, namun pria yang lebih jangkung darinya itu tertawa dan menatap Minhyung.
"Ow..wow...easy man.." ucapnya. Minhyung membenci senyum itu, selalu penuh dengan misteri kegelapan yang tak pernah dia ketahui. Sial! Minhyung sampai tidak memperhatikan orang-orang sekitarnya, terlebih dia adalah Lucas. Minhyung terlalu menyepelekan pria ini hingga kecolongan sejauh ini.
"Apa tujuanmu?" Minhyung masih bertanya, namun dirinya sudah kembali menerjang Lucas. Bogeman demi bogeman dia layangkan, tendangan, bahkan hingga keduanya memecahkan meja di depan sofa karena Lucas yang menghempaskan tubuh Minhyung ke atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT XXX (END)
FanfictionSepanjang hidup Haechan berjalan, dia belum pernah bertemu orang seperti Mark. Hati dan sifatnya begitu dingin hingga rasanya Haechan ingin mati saja daripada bersanding dengan Mark. ...