08. Ikan

6.2K 456 32
                                    

Hai kalian apa kabar?

Terima kasih buat kalian yang udah vote cerita aku, sumpah aku seneng banget.

Stay terus disini ya, happy reading semuanya!

Ileana, sejak tadi pagi balita itu terus menangis karena ingin membeli ikan yang kemarin dirinya lihat di supermarket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ileana, sejak tadi pagi balita itu terus menangis karena ingin membeli ikan yang kemarin dirinya lihat di supermarket. Awalnya Ileana sudah melupakan masalah ikan itu tapi tadi pagi ketika habis sarapan Athar menonton televisi yang menampilkan berita seorang peternak ikan.

Alhasil balita itu mengingat kembali keinginannya yang belum terpenuhi.

"Hiks hiks budaaa... Adek mau hiks itan itu hiks," hidung Ileana bahkan sudah memerah mata bulatnya yang menjadi sipit karena terlalu lama menangis.

Kanzia lagi-lagi menghela nafas untuk ke sekian kalinya, bukan karena tidak ingin menuruti keinginan putrinya tapi karena mang Dodo si pemilik peternakan itu sedang tidak berada di rumah.

Tadi Kanzia sudah menelpon salah satu temannya yang rumahnya dekat lokasi tersebut.

"Adek, udah ya gak boleh nangis lagi kan tadi bunda udah bilang kalo mamang Dodo nya lagi gak di rumah," ucap Kanzia, ia mengusap rambut Ileana yang agak basah terkena air mata.

"Gak mau buda.. mau itan, mau itan hiks hiks," kekeh nya.

Kanzia hanya berdua di rumah karena Dika sejak tadi pagi sudah berangkat ke kantor sedangkan Athar baru berangkat ke sekolah sekitar 30 menit yang lalu karena kelasnya masuk siang.

Tangisan Ileana masih belum reda, Kanzia sendiri bingung harus berbuat apa lalu ia berfikir sepertinya ia akan menelpon Dika untuk membantunya agar meredakan tangisan Ileana.

Kanzia merogoh sakunya mengambil ponsel miliknya lalu ia menekan nomor Dika untuk melakukan panggilan video. Beberapa detik kemudian panggilan terhubung.

"Kenapa sayang?" Tanya Dika melihat wajah kusut Kanzia.

"Adek nangis terus, aku bingung bujuk adek supaya berhenti nangisnya."

"Kok adek bisa nangis?"

"Nanti aku ceritain."

"Yaudah arahin kameranya ke adek."

Setelah itu Kanzia mengarahkan kamera ponselnya ke arah Ileana yang tengah menangis.

"Adek."

Ileana menoleh. "Umm papa hiks."

"Gak boleh nangis dong, masa putri cantik papa nangis terus kasian lho bunda jadi sedih kalo adeknya nangis terus."

Ileana menoleh ke arah Kanzia. "Buda jangan cudih ya, adek gak nanis lagi kok."

"Anak pinter, jangan nangis lagi ya," Kanzia mengecup kedua pipi Ileana.

"Nah gitu dong jangan nangis lagi, gimana kalo adek kesini ke kantor papa."

IleanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang