Pagi ini Ileana sudah bersiap-siap untuk pergi bersama Fian, ada yang masih ingat dengan Fian? Ya, dia teman Athar. Semalam Fian menelepon, katanya dia mau mengajak Ileana untuk pergi jalan-jalan bersamanya.
Padahal jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Ileana sudah sangat bersemangat untuk pergi bersama Fian.
"Semangat amat adek," ucap Athar yang baru turun dari tangga.
"Iya dung, tan mau jalan-jalan cama tata Fi," jawabnya tersenyum senang.
"Iya deh, yang mau diajak jalan-jalan," goda Athar, ia menarik pipi Ileana dengan keras hingga membuat balita itu memekik keras dan langsung ditegur Kanzia.
Athar meminta maaf lalu ia berjalan ke ruang makan sambil terkikik membayangkan pipi Ileana yang memerah.
"Nah sudah selesai ikat rambutnya, sebentar bunda cari sesuatu dulu," ucap Kanzia ketika selesai mengikat rambut Ileana. Lalu ia mencari sesuatu di tas khusus pernak-pernik milik balita itu, dan dia menemukannya.
Kanzia menempelkan jepitan kecil pada poni rambut Ileana, membuatnya semakin terlihat manis.
"Finish, uh cantik banget sih anak gadis bunda," Kanzia menggesekkan hidungnya ke hidung mungil Ileana, lalu mencium kedua pipi balita itu.
"Makacih buda."
"Sama-sama sayang, ayo kita sarapan dulu papa sama abang udah nunggu."
"Mulning papa!" Sapa Ileana pada Dika, balita itu berlari ke arah papanya dan mengecup pipinya singkat.
"Morning too sayang," balas Dika.
"Abang gak disapa?" Tanya Athar, ia mengerucutkan bibirnya kesal.
Ileana tidak menjawab, ia meminta tolong pada Kanzia untuk membantunya naik ke kursi. "Makacih buda," ucap Ileana yang dibalas kecupan singkat di pipinya oleh Kanzia.
Mata bulat Ileana menatap malas Athar. "Gak mau! Abang cibut-cibut pipi adek. Adek gak cuka."
Athar tertawa kencang. "Cibut-cibut, apaan sih cil?"
"Ih itu lho, yang abang talik-talik pipi adek," jelas Ileana.
Athar melongo sebentar, lalu tertawa terbahak-bahak. "Cubit adek, bukan cibut," koreksinya.
"Ih cibut abaaang, abang gak julas."
"Abang adek, sarapan sayang," ujar Dika, seketika membuat Ileana dan Athar terdiam.
Entah kenapa kalimat pendek papanya sangat ampuh membuat mereka berdua langsung menurut tanpa bantahan.
"Iya papa."