"Kamu lupa, kalau dia mempunyai anak perempuan?" Ucap seseorang, ia menatap wanita di hadapannya.
Wanita itu melipat tangannya di depan dada. "Bukannya dia hanya memiliki putra saja?" Tanyanya bingung.
"Itu dulu, sekarang dia sudah memiliki seorang anak perempuan yang mungkin umurnya sudah menginjak tiga tahun."
Terlihat wanita itu mengangkat sudut bibirnya, ia tersenyum licik. "Aku akan datang untuk kalian."
"Abang cupet ih, adek mau bulenang nih," ujar Ileana, ia kesal menunggu Athar yang sibuk menata gaya rambutnya.
"Sebentar kenapa, ini abang lagi benerin rambut 'kan disana banyak cewek-cewek," balasnya.
Ileana melengos pergi meninggalkan Athar yang masih berada di kamar.
"Lho kok adek sendirian? Abangnya kemana sayang?" Tanya Kanzia, melihat putrinya berjalan dengan wajah cemberut.
"Abang lama buda, bunelin lambut tulus. Adek capek nungguinna," kesalnya.
"Nah itu abang, sayang," ujar Kanzia.
Athar datang dengan style-an cukup keren, celana pendek selutut, kemeja bermotifkan daun kelapa dan kaca mata hitam yang menggantung dikancing teratas kemejanya.
"Abang lama ih, ayo cupet nati abis ail lautna," kesal Ileana.
"Mana ada air laut abis, ngada-ngada aja nih bocil," gumam Athar.
Kanzia segera menengahi keduanya, lalu mereka akhirnya pergi menuju pantai.
Selama perjalanan, Ileana dan Athar tidak henti-hentinya bertengkar karena hal sepele. Seperti, Ileana yang sibuk mengomentari gaya rambut Athar yang katanya mirip satpam komplek perumahannya, dan Athar yang bilang Ileana seperti ondel-ondel karena bedaknya tidak rata, dan masih banyak lagi.
"Okey anak-anak, kita sudah sampai," ujar Kanzia, ia tengah memakai sunblock.
"Yeayyyy, main pacil," seru Ileana.