"ABANGGG!!!!" Teriak Kanzia lalu terbangun dari tidurnya. Dadanya naik turun, mimpi itu seperti nyata di mana Athar putranya-, ah ia tidak bisa menjelaskan.
"Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Tanya Dika lalu memberikan Kanzia segelas air.
"A-aku gak tau mas, tadi seperti nyata. A-abang kecelakaan terus panggil bunda," jelasnya dengan tubuh yang masih bergetar.
Pikirannya bercabang kemana-mana dengan cepat Kanzia mengambil ponselnya, ia harus menelpon Athar untuk memastikan putranya baik-baik saja.
Tutt tutt
Tutt tutt
Entah sudah berapa panggilan Kanzia lakukan namun tidak ada satupun yang terjawab. Hal itu membuat dirinya semakin takut.
"Sabar sayang tadi 'kan cuma mimpi, kamu harus positif thinking mungkin Abang belum sempat pegang handphone nya," Dika mencoba memberi pengertian kepada istrinya.
"Sekarang kita fokuskan jaga adek dulu ya."
"Maaf."
"It's okay."
Kanzia menatap sendu gadis kecilnya yang kini sedang terbaring lemah dengan jarum infus di tangannya, entah kemana mata bulat yang selalu berbinar serta ocehan yang selalu membuat semua orang begitu gemas terhadapnya.
Tadi dirinya tertidur di sebelah Ileana mungkin karena kelelahan hingga membuatnya tertidur. Tapi, ketika mimpi itu datang membuat Kanzia semakin resah dan ia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Euggghh buda," lirih balita yang sedari tadi matanya menutup dan kini sudah membuka matanya.
Kanzia langsung menoleh, tangannya mengusap rambut Ileana dengan pelan. "Iya sayang ini bunda, nak."
"Adek mana?" Tanya Ileana, ia menatap sekelilingnya yang begitu asing.
"Adek di rumah sakit tadi adek demam."
Tidak ada balasan hanya saja Ileana terus menatap setiap sudut ruangan mencari seseorang.
"Ada apa sayang?" Tanya Kanzia melihat Ileana yang seperti mencari sesuatu.
"Abang mana buda?"
"Umm Abang kan pergi camping sayang," ujar Kanzia.
"Adek mau bobo lagi?" Lanjutnya.
Ileana mengangguk, kemudian Kanzia ikut berbaring di kasur mengusap rambut Ileana yang kini sedang menatapnya dengan mata mengantuk.
"Mass," panggil Kanzia.
"Kenapa hm?" Balas Dika yang bangun dari duduknya menghampiri Kanzia.
"Kamu coba terus telepon Abang ya, aku takut Abang kenapa-kenapa terus kalau misalnya tetep gak aktif kamu bisa telpon guru atau Abel."