04 [Jo Lagi Jo Lagi]

368 53 0
                                    

Mama Ares meletakkan sendoknya di atas piring, lantas menilik putrinya yang makan dengan mata terus saja tertuju pada smartphone. Perempuan itu berdehem menyita perhatian seluruh anggota keluarga. Ares yang tadinya sibuk dengan smartphonenya pun meletakkan benda itu di sebelah pinggannya. Ia sudah terbiasa bila mama mulai berdehem, itu tandanya ada hal penting yang ingin beliau bicarakan.

"Mama tadi dapat kabar dari wali kelas kamu, katanya semangat belajar kamu mulai menurun. Nilai-nilai kamu juga banyak yang anjlok," kata mama bikin darah Ares berdesir hebat. Pasalnya, bukan hanya mama yang menatapnya intens, melainkan juga ayah. Ares merasa ada satu mata tombak yang siap meluncur menusuknya.

"Akhir-akhir ini aku emang lagi jenuh belajar, ma, maaf," balas Ares menunduk. Saking takutnya, ia tak berani menyentuh makanannya kembali.

"Belajar kok jenuh, kerjaan kamu cuma apa, sih? Belajar, kan?"

Ares mengangguk. Iya, tugasnya memang cuma belajar, tetapi mama dan ayah sudah keterlaluan. Memaksa Ares untuk mendapatkan nilai sempurna untuk setiap mata pelajaran, padahal kan otak Ares tidak semampu itu. Ia capek terus-terusan ditekan untuk menjadi sempurna.

"Temen kamu di sekolah pasti anak-anak malas semua, kamu liat dong itu Jovrian. Pinter anaknya, selalu dapet medali kalo ikut olimpiade."

Ares terdiam, ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Jo lagi Jo lagi. Dia dan Jo jelas berbeda. Anak itu jelas memang pintar dan penuh ambisi, berbeda dengannya yang cuma punya otak pas-pasan.

"Kamu harusnya bisa contoh dia. Berteman itu sama orang yang kayak gitu," omel mama bikin Ares jengkel setengah mati.

"Ares, kamu denger mamamu ngomong apa, kan? Mulai sekarang belajar yang bener," ujar ayah ikut-ikutan.

Ares tidak menjawab, ia sibuk memaki di dalam batinnya.

"Ar ...."

Belum selesai ayah menyelesaikan ucapannya, Ares mengangkat kepalanya dan melihat orang tuanya dengan tatapan dingin.

"Aku denger semua yang mama bilang, aku juga udah belajar yang bener. Mampuku cuma segitu ya gimana? Mama bandingin aku sama Jo, ya enggak sebandinglah," ocehnya kesal. Bisa tidak, dalam pembicaraan keluarganya tidak membawa Jo sekali saja?

"Enggak sebanding apanya? Jo makan nasi, kamu juga makan nasi, Jo diajarin sama guru yang sama, kamu juga. Emang dasarnya aja kamu itu males, disuruh belajar nggak mau. Ada aja alesannya."

"Mama sama ayah mana tau gimana usaha aku belajar tiap malamnya. Orang mama ayah pulang kerja aku udah tidur," balas Ares tak terima diperlakukan semena-mena. Dia belajar kok setiap malam.

"Paling belajar kamu cuma sebentar, banyakan main hpnya, udah bosen ketiduran. Mama sama ayah sering tuh ketemu Jo di balkon rumahnya lagi belajar. Yang belajar tuh yang kayak gitu," ujar mama memojokkan Ares, anak itu bertambah kesal dibuatnya. Jo Jo, kayak nggak punya tetangga lain aja.

"Ya udah, kalian angkat aja Jo jadi anak kalian!" bentak Ares seraya beranjak dari tempat duduknya. Dia tak lagi punya nafsu makan.

"Ares, kamu udah berani kurang ajar, sekarang?!" teriak ayah dari ruang makan, tetapi Ares sama sekali tak peduli. Ayah dan mama sama saja. Pantas mereka cocok.

••

Ares mendinginkan kepalanya yang panas di balkon kamarnya yang kebetulan langsung menghadap ke balkon kamar Jo. Tepat saat itu, mereka saling bertemu. Ares yang kelihatan kacau dan Jo dengan sebuah buku di tangannya. Anak itu bolak-balik seakan menghafal sesuatu.

Ketika melihat Ares, Jo buru-buru merobek bukunya dan menuliskan sesuatu di sana.

Besok ada ulangan Biologi, lo udah belajar?

Tulisnya di kertas itu, dan Ares tersenyum sinis ketika membacanya. Alih-alih menjawab, perempuan itu malah memberikan jari tengah kepada Jo. Setelah itu, pergi memasuki kamarnya.

Katakanlah Ares sangat kasar, tetapi ia melakukan itu karena kesal dengan anak tetangga sebelah. Kenapa, sih, Jo harus jadi tetangganya? Kenapa, sih, Jo harus jadi anak yang pintar? Dan kenapa pula mama selalu menjadikan Jo perbandingan untuk dirinya?

Ares memilih bangkit dari kasurnya dan mulai menarik kursi di meja belajarnya. Gadis itu membuka buku Biologi, dan mulai memahami setiap isinya.

Smartphone Ares bergetar, hal itu menyita perhatiannya. Ada satu chat masuk dari Jo. Lelaki itu dapat dikatakan termasuk rajin mengiriminya pesan yang berujung akan dibaca tiga atau seminggu kemudian oleh Ares, tetapi kali ini lantaran merasa bosan, gadis itu membaca langsung chat dari Jo.

Ares, semangat belajarnya. Jangan remedial lagi. Ares pasti bisa. Semangat!!

Terakhir dari pesan Jo, lelaki itu mengirimi stiker kucing untuk menutup pesannya.

Ares tak peduli dan memilih untuk mengabaikan pesan tersebut lantas kembali melanjutkan belajarnya.

Tentang Jo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang