Tiga hari setelah ujian selesai, Jo tiba-tiba saja jatuh sakit, ia masuk rumah sakit. Hal itu sudah terbiasa terjadi, dan keluarga Jo tidak akan heran lagi. Bahkan Juni berulang kali mengingatkan Jo untuk selalu beristirahat, jangan berusaha terlalu keras. Juni akui, selama ujian Jo kurang istirahat, anak itu sering begadang, dan bahkan kalau tidak diingatkan oleh Juni, Jo tidak akan makan. Entahlah, rasanya Juni lelah memberi nasihat kepada saudaranya itu secara terus-terusan. Akan tetapi, Juni tak ingin Jo kenapa-napa. Sebab itulah, cerewet Juni lebih dari bunda. Jika Juni sudah mengomel-ngomel pada Jo, bunda hanya bisa tertawa, lantaran bunda menganggap hal itu sangat lucu.
"Jo gue mau keluar bentar, lo mau nitip sesuatu nggak?" tanya Juni setelah bosan bermain dengan ponselnya. Anak itu juga menutup buku astronominya dan menaruhnya di atas meja.
Jo menggeleng, dia sedang tak menginginkan apapun sekarang, sebab otaknya dipenuhi dengan hasil ujian yang sudah dilaluinya dengan cukup lancar, tetapi Jo tak berani menyuarakan isi kepalanya pada Juni atau anak itu akan mengomel lagi seperti tadi malam.
"Beneran? Gue mau ke minimarket lho," tukas Juni memastikan sekali lagi, tetapi Jo tetap saja menggeleng. Pada akhirnya Juni menyerah dan memutuskan untuk pamit.
"Oke, kalo mau beli sesuatu hubungin gue."
"Iya, udah lo sana," ujar Jo seraya mendorong Juni menjauh dari ranjangnya. Juni agak sewot, tetapi lantaran ia sedang tak ingin ribut, anak itu memaklumi tingkah saudaranya itu.
Ketika Juni membuka pintu, ia dikagetkan dengan kedatangan Ares yang tengah menggigit bibir bawahnya. Mereka berpandangan cukup lama, membuat Ares agak risih dibuatnya.
"Mau ngapain lo ke sini?" cecar Juni dengan tatapan sinisnya pada gadis itu.
"Mau jenguk, Jo ada di dalam, kan?" tanya Ares memastikan.
Juni memutar bola matanya jengah. "Buat apa? Kalo cuma bikin Jo lebih sakit lagi mending lo balik," ucapnya tegas.
Ares semakin merasa bersalah dibuatnya. Setelah ujian selesai, gadis itu lebih banyak merenung, dan ia sadar bahwa selama ini sudah keterlaluan pada Jo, dan dia akui sikapnya terhadap lelaki itu sungguh sangat berlebihan. Apa yang terjadi pada dirinya, bukanlah kesalahan Jo.
"Gue mau minta maaf," balasnya bikin Juni terkejut. Bahkan lelaki itu sempat tertawa mengejek tadi, tetapi raut Ares terlihat sangat serius.
"Jo ada di dalam," ujar Juni akhirnya.
Sebelum Juni pergi, dan sebelum Ares masuk menemui Jo. Juni sempat berpandangan sinis pada gadis itu dan pergi begitu saja. Ares sebenarnya kesal diperlakukan seperti itu oleh Juni, tetapi ia pun sadar mengapa Juni bersikap begitu padanya.
••
Jo yang tengah asyik dengan nintendonya dikagetkan dengan kedatangan Ares yang tiba-tiba. Tidak ada chat masuk dari gadis itu, dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya, tetapi gadis itu tiba-tiba saja ada di sini. Lengkap dengan raut yang penuh rasa bersalah.
"Hai Jo, apa kabar?" sapa Ares seraya tersenyum malu-malu, sedangkan Jo hanya cengo menatap gadis itu. Maksudnya, ini terlalu mendadak.
"Enggak terlalu baik, hehe," balas anak itu canggung.
Atmosfer di antara mereka terasa sangat berbeda, dengan gerakan lambat dan penuh keraguan, Ares menarik kursi dan duduk di sana. Berulang kali gadis itu menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai. Kegelisahan jelas terlihat dari bahasa tubuhnya yang tak bisa diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jo (SELESAI)
القصة القصيرةBukan salah Jo bila terlahir pintar, bukan salah Jo bila suka belajar, dan bukan salah Jo pula bila menjadi tetangga Ares.