LL 20

925 138 41
                                    

Chaeyoung mencibir malas melihat Lisa yang menunggunya didepan mobilnya, ini baru dua hari sejak kejadian malam itu, apa yang dia inginkan sekarang. Chaeyoung bersikap seolah tidak melihat Lisa mencoba membuka pintu mobilnya yang langsung ditutup kembali oleh Lisa. Chaeyoung menghela nafas membalas pandangan mata Lisa. Lisa yang dalam hatinya sangat malas bertemu dengan Chaeyoung, tapi demi Jisoo akhirnya disinilah dia sekarang, berhadapan dengan orang yang dibencinya.



" Mau apa ?"

" Bicara, tentang Jisoo. "

" Hah, apa kamu tidak laku sampai terus mengurusinya walau sudah ditolaknya ?"

" Cukup Chaeyoung, aku kesini bukan ingin bertengkar denganmu. Aku ingin kita bicara baik - baik. "

" Tidak ada yang perlu dibicarakan tentang Jisoo, aku tidak peduli. "

" Kalau begitu tolak tawaran keluarga Kim. "

" Kenapa ? Kamu ingin menikah dengannya ?"

" Kamu tidak peduli dengannya Chaeyoung, jangan sakiti dia. Dia sudah cukup menderita selama ini, biarkan dia bahagia. "

" Denganmu ?"

" Tidak, aku tidak ingin lagi memaksa dia harus menerimaku. Tapi aku juga tidak mau dia harus seperti ini hampir setiap hari menangis didepan makam Jennie. Beri dia kebebasannya, aku mohon. "

" Lucu, bukankah dengan dia menolak itu sudah membebaskan dirinya sendiri ? Kenapa harus aku yang membebaskannya ?"

" Tapi keluarga Kim akan terus memaksanya apalagi kalau kamu menerimanya. "

" Dengar Lisa, aku tidak harus mengikuti apa yang kamu mau. Aku akan menolaknya jika itu adalah pilihanku bukan karena orang lain. Jadi biarkan aku pergi sekarang. "

" Gunakan sedikit hatimu untuk Jisoo itu tidak akan menyakitkan. "

" Apa maksudmu ?"

" Jangan menjadi orang dengan hati batu, Jisoo tidak bersalah jangan hukum dia karena hal yang tidak dia lakukan. Gunakan hatimu sedikit saja untuknya, bicara dengannya dan bebaskan dia. "

" Kami akan bicara nanti didepan keluarga Kim, minggir dari hadapanku. "



Lisa menjauh dari mobil Chaeyoung memberi jalan pada Chaeyoung masuk kedalam mobilnya. Gadis ini terlalu keras untuk di ajak bicara, atau lebih tepatnya sangat menyebalkan. Lisa menendang angin melepaskan rasa kesalnya, sangat percuma dia menyempatkan diri datang bicara dengan manusia batu seperti Chaeyoung. Lisa berteriak teringat betapa menyebalkannya Chaeyoung, beberapa orang yang berada di area parkir memandang kearah Lisa dengan wajah heran dan juga aneh.



Chaeyoung menepikan mobilnya setelah berjalan cukup jauh dari studionya. Bohong jika dia tidak memikirkan permintaan keluarga Jennie yang sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri. Bahkan sampai detik ini dia belum bisa memutuskan apa yang harus dia pilih. Wajah Jisoo dan semua kata - katanya malam itu terus terniang didalam telinga dan pikirannya beberapa hari ini seolah tidak ingin meninggalkannya. Chaeyoung memandang cincin pertunangannya dengan Jennie, cincin yang dulu pernah dia lepas dari jarinya tapi justru sekarang tidak pernah dia lepaskan lagi.


Hatinya mengatakan tidak tapi otaknya menyuruhnya memikirkannya lagi dan lagi dan lagi. Jika apa yang Irene dan Jisoo katakan benar, apakah hal ini juga yang ingin Jennie kataķan padanya sampai Jennie mengejar mobilnya pada hari itu ? Hati Chaeyoung semakin terasa sakit, jika itu memang benar maka benar dialah yang bodoh disini, jika saat itu dia tidak termakan emosinya, kemungkinan Jennie masih ada bersama dengannya saat ini.


Layang - Layang ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang