LL 25

938 141 40
                                    

Jisoo menaruh lagi baju yang ingin dibelinya, berjalan beberapa langkah dan kembali meraih lagi bajunya. Tangannya melihat harga di label harga membuat nyalinya menciut lagi. Uang tabungannya semakin menipis, tidak seharusnya dia membuang - buang uang. Tangan meletakkan lagi baju ke tempat asalnya, matanya melirik lagi, menghela nafasnya dan berpaling akan meninggalkan tempat itu tapi kakinya seakan tidak rela meninggalkan tempat itu. Jisoo memiringkan wajahnya, melihat ke arah baju yang sangat diinginkannya. Jisoo membuka tasnya menghitung uangnya, tidak cukup jadi dia harus mengambil uang tabungannya. Baru ini terpikirkan olehnya kapan dia akan di ijinkan untuk bekerja lagi oleh tiga sekawan itu. Tubuhnya sudah menerima jantung Jennie dan tidak pernah ada masalah sampai sekarang. Jadi tidak ada alasan lagi bagi mereka melarangnya untuk mencari uang.


Jisoo meraih ponselnya yang berdering, nomer asing, siapa yang tahu nomer dia. Tidak banyak yang tahu karena dia bukan selebritis juga. Tangannya ragu - ragu antara memilih menerima panggilan itu atau menolaknya, tapi bagaimana jika penting ? Saat tangannya akan menekan tombol hijau, mulut Jisoo terbuka melihat baju yang diinginkannya di bawa oleh seorang gadis ke meja kasir. Jisoo merutuki dirinya sendiri karena gagal membawa baju itu pulang tapi bersyukur karena tabungannya aman. Jisoo kembali tersentak saat ponselnya kembali berdering, dia melupakan hal lain pikirnya.



" Hallo. "

" ... "

" Ah ya benar, oke. Saya kesana sekarang, selamat siang. " Jisoo memasukkan ponselnya dan melangkah pergi dengan berat hati, melirik lagi ke arah kasir yang sedang melakukan transaksi.

" Bye.. bye. "



Jisoo membaca ulang alamat yang terpampang jelas di sebuah papan nama di depannya. Tidak salah lagi ini yang orang itu tadi sebutkan. Dengan langkah hati - hati Jisoo masuk kedalam sebuah butik yang cukup besar. Dia tidak pernah tahu, Jennie memiliki butik sebesar ini, bahkan dia tidak pernah membayangkan pekerjaan Jennie sebelumnya. Matanya menelusuri seluruh ruangan, terkesan simpel tapi sangat elegan. Jisoo meraih satu baju yang tergantung di dekatnya, matanya melotot melihat harga yang tertera disana. Dengan buru - buru dan menelan ludahnya Jisoo mengembalikan bajunya sebelum dia dengan cerobohnya merusak baju itu, bisa - bisa tabungannya habis hanya untuk mengganti satu baju saja.


Jisoo tersenyum saat melihat seorang wanita berjalan mendekat kearahnya, Nyonya Kim tersenyum ramah menyambutnya dengan ditemani seorang laki - laki muda disampingnya. Nyonya Kim meraih tangan Jisoo dan menyuruh laki - laki itu tidak mengikuti mereka. Jisoo mengikuti nyonya Kim masuk kedalam sebuah ruangan yang Jisoo yakin bahwa ini adalah ruang kerja Jennie. Jisoo menghentikan kegiatannya mengitari ruangan itu dengan matanya dan menerima sebuah kertas yang diulurkan oleh nyonya Kim.


" Nyonya ?"

" Itu baju pengantin rancangan Jennie sendiri, baju itu sudah selesai dia buat tapi tentu saja kita harus membuat beberapa perubahan karena kita harus mengukur tubuhmu. "

" Chaeyoung tahu soal ini ?"

" Tidak, untuk baju pengantin Chaeyoung serahkan pada Jennie. Jadi dia sama sekali belum tahu soal bagaimana baju pengantin kalian nanti. "

" Tapi nyonya Kim... "

" Kamu jangan khawatir ini tidak akan lama, sebentar lagi akan ada yang datang mengukurmu. "



Jisoo hanya mengangguk mengerti dan membiarkan saja saat seorang assistant masuk kesana dan mengukur tubuhnya. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah, saat ini dia belum bisa mencintai Chaeyoung bagaimana bisa dia menikah sekarang. Kenapa sekarang orang tua Jennie jadi terburu - buru padahal mereka setuju menunggu sampai mereka sendiri yang akan memutuskan kapan mereka akan menikah. Sepertinya dia harus bicara dengan Chaeyoung setelah ini atau akan runyam.


Layang - Layang ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang