1

77 1 1
                                    

"Pa! Ka Lisa! Aiden berangkat dulu!" Seru Aiden Donahue, seorang konglomerat keturunan dari Abraham Donahue yang memiliki Donahue Company, seorang miliader sukses yang sudah merintis usahanya sejak ia berusia dua puluh satu tahun. Hal itu lah yang membuat Aiden mengidolakan sosok ayah yang sekarang sedang duduk di sofa sembari membaca koran pagi dan menyeruput kopi paginya. 

"Kamu sudah sarapan, Aiden?" tanya Abraham. 

Aiden menjawab, "sudah, Pa. Tadi bibi udah siapin sarapanku di meja. Ya udah, Aiden bernagkat dulu ya, udah telat nih." Aiden bergegas langsung menyambar kunci motor sport miliknya dan menyampirkan tas nya di bahu. Ia berjalan cepat kearah pintu depan hingga suara melengking menghentikkan langkahnya seketika. 

"AIDEN! BEKALNYA JANGAN SAMPAI KETINGGALAN!" Seru Elisabeth Donahue--kakak perempuan Aiden--dari dapur. 

Aiden merotasi matanya jengah. "iya kakakku yang paling baweeel! Ya sudah ya, nanti Aiden malah terlambat nih! Jalan dulu ya!" Aiden langsung berlari keluar rumahnya menuju garasi untuk mengambil motor. 

"Hati-hati!" Seru Abraham dari dalam rumah. Aiden menjawab itu dari hati karena ia benar-benar sudah hampir terlambat. Petugas keamanan rumah mereka sudah menyiapkan motor Aiden di luar pagar dan Aiden langsung naik ke atasnya, memakai helm, mengenakan sarung tangannya dan menyalakan mesin motornya. 

"Berangkat dulu ya, Pakde." Aiden melambaikan tangannya ramah pada petugas keamanan rumahnya dan langsung menancapkan gas keluar perumahan elite dan membelah jalanan raya yang saat ini sangat ramai dipenuhi oleh orang-orang yang akan bernagkat kerja dan sekolah. 

Aiden terus mengemudikan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata dan terus menyalip kendaraan yang berjalan snagat lambat. Sekolahnya memang berjarak cukup jauh dari rumahnya. Hari ini Aiden sangat ceroboh karena ia telat bangun dan berkahir harus terjebak kemacetan di jalan raya seperti ini. 

Dia menghembuskan nafas lega ketika melihat pagar sekolah yang ada di hadapannya belum ditutup. Ia menaikkan kecepatan motornya dan ia hampir masuk ek dalam parkiran sekolahnya, sampai pandangannya jatuh kepada seorang siswi yang baru turun dari angkutan umum di sebelah sekolahnya. 

Aiden mengenal siapa itu, dia adalah pacarnya, Zoey Xaviera. Rambutnya yang sedikit bergelombang diikat rapih ke belakabg, menampilkan leher jenjangnya dan keseluruhan sisi wajah cantiknya. Aiden hampir saja hilang dalam imajinasinya, sampai seseorang membunyikan klakson di belakangnya. 

"Aiden, cepetan! Nanti kita bisa telat!" Seru temannya, Kevin. Aiden pun langsung menggelengkan kepalanya dan buru-buru masuk ke dalam parkiran sekolah. Ia tidak mau Kevin mengetahui bahwa sedari tadi Aiden sedang terdiam dan mengagumi cantiknya paras dari kekasihnya, Zoey. 

Bel sekolah baru saja berbunyi dan Aiden tidak sabar untuk bel pulang. Karena hanya pada sata itulah, Aiden dan Zoey dapat bertemu layaknya sepasang kekasih normal. 

"Bro, gue denger-denger, Jason anak kelas sebelah pacaran sama anak sekolah samping. Hih, malu-maluin banget," ujar Kevin yang sudah mernagkul Aiden yang baru saja turun dari motornya. 

Aiden menyunggingkan senyum canggung. "Em-emangnya kenapa? Kok malu-maluin?" tanya Aiden. 

Kevin merotasi bola matanya sembari menjawab pertanyaan Aideen, "Masa iya lo nggak tau? Sekolah kita itu udah lama banget musuhan sama sekolah sebelah. Lo tau kan, laki-laki di sekolah sebelah tuh nyari masalah mulu. Nggak cuma laki-lakinya aja, perempuannya juga. Bahkan guru-guru disini juga pernah berantem sama pihak guru di sekolah sebelah. Gue nggak tau pasti apa masalahnya, tapi emang mereka semua belagu! Udah miskin, nggak tau diri!" 

Aiden bahkan hampir tersedak angin yang ia hirup sendiri mendengar perkataan Kevin itu. Kevin memang memiliki mulut yang sangat pedas, bahkan Elisabeth kalah dalam perdebatan dengan Kevin karena lelaki itu selalu mengeluarkan ungkapan yang menyakiti hati. 

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now