19

31 2 0
                                    

Hari ini adalah hari penentuan Zoey akan tinggal atau meninggalkan rumah ini. Sedari pagi ia sudah menyiapkan dirinya, fisik maupun mental. Ia sudah membersihkan dirinya dan memperindah penampilannya. 

Sembari menatap dirinya di cermin, Zoey menaruh perhatiannya kepada Jesse yang sedang bermain di lantai. 

Sebenarnya Zoey sangat ingin untuk keluar dari rumah ini. Tiap kali melihat Aiden ia selalu merasa gagal untuk bangkit. Seakan hidupnya harus bergantung dengan laki-laki yang pernah meninggalkannya saat itu. 

Tapi saat melihat wajah bahagia Jesse yang sedang bermain dengan mainannya yang diberikan oleh Elisabeth, membuat Zoey harus berpikir dua kali. Kalau ia keluar, Zoey tidak bisa menjamin ia mendapatkan apa yang sudah mereka berdua dapatkan di rumah Donahue. Makanan untuk Jesse dan tempat tinggal yang layak sudah sangat cukup untuk mereka. 

Tangan Jesse terangkat memasukan mainan aksi figur yang diberikan Elisabeth kemarin. Zoey langsung berlari menghampiri Jesse.  Ia mencoba mengambil mainan yang ada di tangan Jesse. 

"Jangan ya, Jesse. Itu kan kotor, banyak cacingnya. Coba bayangin kalau mulut kamu isinya cacing. Terus kamu sakit perut. Mau?" 

Jesse langsung menutup mulutnya dengan tangan kecilnya. Ia menggelengkan kepalanya. Membayangkan betapa menyeramkannya hewan cacing itu membuat Jesse takut.

Zoey tersenyum. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. 

Zoey pun langsung menegakkan tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu. Sebelum membuka pintu, Zoey terlebih dahulu menenangkan dirinya dan memastikan bahwa ia sudah berpenampilan yang bagus. 

Ia membuka pintunya dengan senyuman, berharap yang mengetuk adalah Elisabeth atau Rumini. Namun, yang ia dapatkan adalah Aiden yang sudah memakai kemeja dan sweater berwarna merah marun. Zoey menebak lelaki itu akan berangkat ke kampus. 

"Dipanggil ka Lisa untuk buat sarapan." Ucap Aiden dengan dingin. 

"Kalo bu Elisabeth mau memanggil saya, pasti dia yang datang kemari." Jawab Zoey. 

Aiden mengerutkan dahinya, lalu tersenyum miring dan berdecih. "Lo pikir lo siapa disini? Ratu? Sampai kakak gue sendiri harus dateng ke sini dan manggil lo buat kerja?" tanya Aiden.

Zoey terkejut mendengar nada bicara Aiden yang tidak biasanya. Baru kali ini Zoey mendengar Aiden menggunakan 'lo-gue' dan secara tidak langsung menunjukkan status mereka berdua, majikan dan pembantu. 

"Sana cepat! Papa, Kak Oliver, dan gue udah mau berangkat. Lo mau kita berangkat dengan perut kosong?" Aiden menatap arloji di pergelangan tangannya. 

Zoey masih tertegun sampai ia lupa bahwa Aiden menyuruhnya untuk cepat ke atas dan membuat sarapan. 

"Tapi, saya bikin makanan dulu untuk Jesse. Dia belum sarapa-"

"Gue sama Kak Oliver udah mau berangkat. Lo bisa kasih makan dia setelah sarapannya jadi, kan?" Tanya Aiden dengan wajah jenuhnya. 

Zoey menundukkan kepalanya. Sebenernya ia sangat kesal dengan Aiden. Jesse benar-benar belum sarapan dan tidak akan baik untuk anak kecil sampai makan terlambat. 

"B-baik." Jawab Zoey akhirnya. Ia pun meninggalkan Aiden dan berjalan ke atas. 

Di dapur ia sudah menemukan Bu Rumini dan Elisabeth sedang membantu membuat sarapan. 

"Zoey, kamu iris-iris bawang ya. Papa tiba-tiba mau makan nasi goreng buat sarapan." Ucap Elisabeth sembari menyodorkan bawang-bawangan yang ada dalam keranjang. Zoey pun menerimanya dan mengupasnya terlebih dahulu. 

Ia mengupas satu per satu bawang dengan sangat mudah. Akhirnya ia pun mulai mengiris bawang-bawang itu. 

Tangannya bergerak namun kepalanya melayang memikirkan Jesse. Anak malang itu belum makan apa-apa pagi ini. Sebelumnya kalau soal sarapan, Zoey tidak pernah terlambat memberikan makanan kepada Jesse. Ia tau seberapa bahayanya jika seorang anak sampai terlambat makan dari jadwalnya. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now