16

20 1 0
                                    

"Siapa itu?"

Zoey terkejut saat mendapati Aiden sudah menyender di pintu kamarnya.

"Itu suara siapa, Zo?"

"H-hah? Oh, ini kak. Ini suara majikan aku."

Aiden merotasi bola matanya lalu ia masuk ke dalam kamar Zoey, lalu berusaha merebut ponsel itu dari tangan Zoey.

"Udahan dulu ya, ka. Nanti aku telpon lagi." Zoey langsung mematikan ponselnya lalu menjauhkan tangannya dari jangkauan Aiden.

"Itu siapa? Kenapa anak kita manggil dia papa?" Tanya Aiden.

Zoey awalnya tidak ingin meladeni Aiden karena ia sudah cukup lelah padahal baru dua hari dia bekerja disini. Tapi melibatkan Jesse dan menyebut Jesse adalah anak mereka berdua membuatnya tidak bisa diam saja.

"Apa tadi kamu bilang?" Tanya Zoey sekali lagi.

"Tadi itu siapa?" Tanya Aiden sekali lagi.

"Bukan urusan kamu. Lagipula, Jesse itu bukan anak kamu." Jawab Zoey.

"Oh jadi yang tadi itu bapaknya Jesse? Jadi dulu kamu itu cuma bohong sama aku biar aku bisa tanggung jawab atas kebohongan kam-"

"Tutup mulut kamu, Aiden Donahue!" Zoey menunjuk Aiden dan matanya menatap tajam ke arah lelaki itu.

"Kenapa? Kamu takut kalau aku ternyata tau kalau kamu itu selingkuh dulu dan malah nyalahin aku untuk tanggung jaw-"

"AIDEN!" Zoey berteriak. Hatinya sangat sesak saat ia dituduh yang tidak-tidak, apalagi yang menuduhnya tidak lain adalah seorang Aiden. Seorang yang pernah memujinya apapun yang ia lakukan.

Aiden tersentak. Ia tidak pernah mendengar Zoey berteriak seperti ini sebelumnya. Dia memang serius menanyakan hal itu, karena ia juga marah melihat anak yang sekarang duduk di lantai itu memanggil pria lain dengan sebutan papa.

"Kamu tega, ya. Aku susah payah berjuang untuk hidup, sementara kamu? Kamu malah jalan sama perempuan lain, makan berdua di restoran yang aku ngga akan sanggup untuk bayar bahkan untuk satu menu pun! Dan sekarang, kamu malah nuduh aku yang selingkuh?!"

Aiden mengerutkan dahinya. "Perempuan? Siapa?"

Zoey terkekeh. Lalu ia menatap mata Aiden dengan tajam. "Mending sekarang kamu keluar dari sini!"

Aiden baru ingat kalau ia saat itu pergi dengan Clarissa dan sialnya Zoey harus melihatnya berdua dengan Clarissa.

"Kamu salah paham, Zo." Ucap Aiden dengan putus asa.

"Aku ngga peduli ya, Aiden. Mau aku salah paham kek atau engga, kamu tetap aja jalan sama cewek itu! Hubungan kita udah putus dua tahun lalu kan? Jadi, tolong jangan usik aku dan biarin aku kerja dengan tenang. Bisa?" Zoey menyatukan kedua tangannya di hadapan Aiden.

"Aku juga ngga mau kita put-"

"Apa aku harus berlutut lagi di depan kamu, Aiden?" Zoey sudah sangat lelah terus diusik oleh kehadiran Aiden. Melihat wajah laki-laki ini saja rasanya sudah menguras semua energinya.

Aiden menyerah. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati Zoey seperti ini. Ia pun melangkahkan kakinya mundur lalu keluar dari kamar Zoey.

Zoey membanting pintunya dengan kuat di hadapan Aiden. Ia bersandar di pintu lalu terduduk sambil menangis.

"Tiap hari gue bakal nangis kalau terus kerja disini." Ucap Zoey.

Ia pun langsung merogoh sakunya, lalu berniat mencari pekerjaan baru. Ia tidak bisa terus bekerja disini. Melihat wajah Aiden akan menjadi makanan sehari-harinya.

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now