18

23 1 0
                                    

Setelah kejadian hari itu, Aiden semakin rajin menjahili Zoey saat ia menghabiskan waktunya dirumah. Aiden yang tadinya suka pulang terlambat bahkan jadi pulang lebih cepat hanya untuk mengganggu Zoey.

Seperti saat ini, Zoey sedang menjemur kain di halaman belakang rumah Donahue. Aiden memandanginya sedari tadi di sisi pintu dan menyenderkan tubuhnya di sisi pintu tersebut.

"Aku mau kasih kamu dua kata." Ucap Aiden dari sisi pintu.

Zoey tidak menanggapi perkataan Aiden yang konyol itu. Ia tetap mengerjakan pekerjaannya agar cepat selesai.

"Aku. Sayang. Kamu." Ucap Aiden.

Zoey merotasi matanya. Ia sangat jengah dengan candaan-candaan yang keluar dari mulu Aiden.

Tapi ada satu hal yang menjanggal didalam kalimat-kalimat itu.

"Itu kan tiga kata." Ucap Zoey sembari mengerutkan dahinya sembari menatap mata Aiden.

"Kan aku sama kamu jadi satu. Awww." Jawab Aiden dengan tawa renyahnya.

Zoey hanya memberikan ekspresi datarnya. Ia tidak tau bagaimana harus meladeni Aiden yang semakin hari semakin jahil.

"Satu lagi deh satu lagi." Ucap Aiden.

Zoey masih berkutat dengan pekerjannya, yaitu menjemur pakaian. Pakaiannya pun tinggal sedikit lagi yang harus ia jemur.

"Kakek kamu tukang pahat ya?" Tanya Aiden.

"Kakek ku udah meninggal." Zoey langsung menyelesaikan pekerjaannya dan berjalan melewati Aiden yang masih bersandar di sisi pintu. Ia bahkan sengaja menabrak bahu Aiden.

***

"Gue udah seminggu disini. Tapi sampai sekarang gue belum dapet kerjaan baru." Gumam Zoey di atas ranjangnya sembari menatap kearah layar ponsel.

"Apa gue balik aja ya kerumah Tante Mia?" Tanya Zoey kepada dirinya sendiri sembari menggigit-gigit ujung ponselnya.

Ia langsung menggelengkan kepala. "Enggak enggak. Gue nggak boleh nyusahin Tante Mia lagi. Tapi kalau disini, yang ada gue yang susah." Zoey mendengus.

Zoey bergerak perlahan agar tidak membangunkan Jesse yang tertidur di sisinya. Ia sudah bangun jam lima subuh karena ia harus membantu Bu Rumini bersih-bersih. Ia juga punya tanggung jawab untuk memberikan pak Abraham obat-obatan di pagi hari setelah sarapan.

Saat ia ingin keluar dari kamar untuk membersihkan diri, pintunya kamarnya diketuk.

Zoey langsung membuka pintu itu. "Iya bu?"

"Ibu?" Tanya Aiden.

Zoey langsung membuka matanya lebar-lebar.

"Pak Aiden ngapain disini?" Tanya Zoey. Ia berjalan maju dan menutup kamarnya.

"Aku nggak bisa tidur, Zo." Jawab Aiden.

"Sekarang udah jam lima subuh pak. Bukan jam sepuluh malam." Ucap Zoey.

"Ya dari kemarin aku belum tidur."

"Jadi?"

"Temenin aku sebentar, mau?" Ajak Aiden.

"Maaf Pak, saya harus bersih-bersih dan siapin sarapan untuk keluarga bapak." Ucap Zoey.

Aiden menutup matanya geram. Ia benar-benar belum tidur sejak tadi malam karena sibuk mengerjakan tugas dan rasa gelisah yang selalu menyerangnya hampir setiap malam sejak Zoey bekerja dirumahnya sebagai ART.

"Kamu bisa nggak, sekali aja nurut sama aku. Dan jangan panggil aku bapak! Aku bukan bapakmu!" Seru Aiden dengan suara tertahan.

Zoey tersenyum miring. "Terakhir kali saya nurut sama bapak, masa depan saya langsung hancur pak." Ia pun berjalan meninggalkan Aiden yang masih membeku di depan kamar Zoey.

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now