14

12 1 0
                                    

"Loh, kalian saling kenal?" tanya Elisabeth.

"Iy-"

"Tidak, saya tidak kenal dia."

Zoey merasa sangat lega saat mengatakan itu. Tidak dengan Aiden yang menampakan ekspresi bertanya-tanya di wajahnya.

"Kita saling kenal, kak! Zoey ini pa--"

Zoey menatap Aiden dan mengangkat satu alisnya, menantang Aiden apakah lelaki itu berani mengakui hubungan mereka. Melihat Aiden menggantung kalimatnya, membuat Zoey semakin yakin. Bahwa Aiden ini tetaplah Aiden yang sama pengecutnya yang pernah ia kenal dulu.

"--temen aku. Dulu kita temenan deket banget." sambung Aiden sembari menggaruk tengkuknya.

"Benar, Zoey?" tanya Elisabeth.

"Tidak. Aku sama sekali nggak punya teman bernama Aiden, bu." Jawab Zoey dengan wajah datarnya.

Aiden bertanya-tanya. Ia meminta penjelasan dari Zoey dan gadis itu hanya terdiam dengan tatapan lurus ke Elisabeth.

"Aiden, bisa tolong panggilin Pak Agus untuk antar Zoey ke kamarnya." Ucap Elisabeth.

"Aku aja kak yang nganter Zoey ke kamarnya." Tawar Aiden.

Zoey langsung menggelengkan kepalanya. "Saya bisa sendiri kok, bu."

"Memangnya kamu sudah tau dimana kamar kamu?" Tanya Elisabeth.

Mulut Zoey terkatup rapat.

"Ya udah, Aiden. Kamu aja yang nganter Zoey ke kamar." Ucap Elisabeth.

Aiden terus menatap Zoey dan menunggu reaksinya. Zoey hanya bangkit dari duduknya lalu mengangguk sedikit ke Elisabeth untuk pamit keluar, lalu mengambil kopernya.

"Aku aja." Aiden mencoba membawa koper Zoey.

Zoey melirik nya tajam lalu menepis tangan Aiden dari pegangan kopernya. Ia keluar dari ruangan Elisabeth dengan langkah cepat yang sedikit dihentakkan. Tidak bisa ia percaya. Doa nya sama sekali tidak dijawab dengan baik oleh Tuhan.

Zoey percaya bahwa Tuhan adalah penulis skenario terbaik dalam hidupnya, tetapi kenapa harus dipertemukan kembali dengan Aiden? Laki-laki yang tidak mau menerima kehadirannya bahkan sangat enggan menatap mata Zoey di depan banyak orang.

Ia berjalan ke arah Jesse dan menggendong anaknya yang masih terlelap itu.

"Bagaimana wawancaranya, mba?" Tanya Agus.

Zoey tersenyum lebar. "Sukses pak. Saya diterima disini, training dulu sih satu minggu." Jawab Zoey.

Agus tersenyum lebar. "Wah bagus kalau gitu, mba! Kita bisa kerja bareng disini. Tenang aja, keluarga Donahue itu keluarga yang baik. Saya aja betah kerja disini."

Zoey hanya membalasnya dengan kekehan kecil. "Saya duluan ya, pak. Mau rapih-rapih barang dulu di kamar, sekalian mau nidurin Jesse."

"Saya anter sekalian aja, mbak. Mbak Zoey juga belum tau kan kamarnya dimana." Tawar Agus dengan senyuman lebarnya. Zoey tersenyum dan akan mengangguk sampai suatu suara mengintrupsinya.

"Saya yang nganter Zoey ke kamarnya, kamu kembali saja ke pos." Sambut Aiden yang berdiri di belakang Zoey.

Wajah Agus langsung berubah drastis. Ia langsung berdiri lalu berjalan ke arah pos di dekat gerbang.

Zoey membalikkan tubuhnya dan melihat Aiden sudah menunggunya di dekat pintu yang Zoey yakini adalah akses menuju kamarnya.

Aiden mulai berjalan dan Zoey mengikutinya dengan membawa koper dan menggendong Jesse yang sedang tertidur. Dibalik pintu itu ada tangga yang hanya diterangi dengan lampu di atasnya. Tangga ini menuju ruang bawah tanah, dimana ada beberapa ruangan kosong yang bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang tidak berguna.

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now