11

15 1 0
                                    

Zoey mengetuk pintu rumah Mia berulang kali. Zoey tau bahwa ia datang terlalu pagi kemari, maka dari itu ia yakin Mia pasti belum bangun.

Ia terus mengetuk pintunya sampai suara dari dalam terdengar.

"Iya iya! Sabar!" Mia langsung membuka pintunya dengan wajah yang masih terlihat baru bangun tidur. Ia mengucek matanya sekilas lalu mengerjap saat melihat Zoey.

"Z-Zoey?! Ngapain kamu kesini?" Tanya Mia. Matanya beralih ke tas gemblok yang ada di bahunya dan juga koper yang sudah kotor karena debu dan bercak dari lumpur.

Ia masih terkejut dengan kedatangan Zoey. Lalu ia beralih ke wajah gadis itu yang sudah menangis. Zoey menumpahkan tangisannya dan memeluk Mia.

"Kenapa Zo? Mana ka Rizal sama Ka Adhisti? Kok mereka nggak nganter kamu?! Kenapa kamu kesini sendirian?!"

***

Mia memberikan Zoey teh hangat dan menyuruh nya duduk di sofa. Ia masih menenangkan Zoey yang sesenggukan karena menceritakan semua cerita yang ia lalui.

Mia mengelus-elus punggung Zoey.

"A-aku n-ng-nggak salah, Tan. Aku u-udah minta tanggung j-jawab sama Aiden. T-tapi d-dia..hhh...ng-gak mau. Aku t-t-takut sama ayah, Tan." Zoey kembali menangis.

"Sabar ya, Zo. Sabar. Walaupun kamu disini salah, tapi ka Rizal sama ka Adhisti ngga seharusnya ngusir kamu." Kata Mia.

Mia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Tante telpon aja ya, gimana?" Tanya Mia.

Zoey langsung memegang tangan Mia. "Jangan tante! Mereka nggak ada yang tau kalau aku ada disini. Nanti mereka malah makin marah kalau tau aku pergi kesini dan dianggap nyusahin tante." Jelas Zoey.

Mia hanya mengangguk. Ia mencoba mengerti bagaimana keadaan Zoey saat ini. Umurnya bahkan belum menyentuh tujuh belas tahun tapi tanggung jawabnya sudah sebanyak seorang ibu. Selain harus mengejar cita-citanya, Zoey juga harus memikirkan masa depan anaknya di usia belia ini.

Dia sangat prihatin dengan Zoey.

"Zoey, kamu istirahat aja ya di kamar tante. Kamu ini lagi mengandung. Besok kan libur, kita ke dokter kandungan ya? Agar bisa beli obat untuk kamu. Oke?" Mia tersenyum lebar dan ia mengambil barang-barang Zoey. Zoey pun hanya termenung dengan segelas teh hangat di tangannya.

Zoey melihat ke sekeliling rumah Mia. Memang rumahnya tidak bisa dibilang mewah tetapi rumah ini cukup besar. Bahkan untuk Mia seorang, rumah ini sangat besar.

Dia mulai berdiri dan melihat dinding yang ada di sisi kanan rumah itu. Foto-foto Mia dan ada beberapa foto Rizal terpampang disana.

Mia memang orang yang pintar kata Rizal. Ia juga baik dan dermawan hatinya. Beberapa sertifikat piagam bisa ia lihat, mau yang dari dalam maupun luar kota.

"Ayo, kamu harus istirahat, Zoeeeey." Mia menyeret bahu Zoey ke kamarnya dan tertawa. Zoey pun ikut terkekeh sedikit.

Lalu suara motor di depan rumah membuat mereka menoleh ke belakang. Zoey mendapati seorang pemuda yang berumur sedikit jauh diatasnya.

Pemuda itu memiliki postur tubuh yang gagah, tangannya yang sedikit besar karena otot dan garis-garis urat di lengannya.

Dia melepas helm yang menutupi seluruh kepalanya, lalu mengibaskan rambutnya dan menyisir nya dengan tangan ke belakang.

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now