2

22 1 0
                                    

Aiden meringis mendengar pernyataan teman-temannya kepada Zoey. Aiden ingin sekali menunju wajah-wajah mereka yang sangat munafik dan tidak bisa dipercaya. 

"Aiden, lo kenapa diem aja?" tanya salah satu temannya, Brian. 

"Biasalah, Aiden ini suka malu kalo lagi berdiri di deket orang yang dia suka," ujar Kevin sambil merangkulkan tangannya di bahu Aiden. 

Aiden tahu siapa yang dimaksud Kevin. Orang itu adalah Clarissa. Clarissa dan teman-teman perempuannya memang suka bermain dan bercengkrama dengan Brian. Kevin dan Brian selalu menjodoh-jodohkan Clarissa dan Aiden. Ditambah lagi, kedua teman Clarissa menyetujui hal itu karena mengetahui bahwa Clarissa menyimpan rasa pada Aiden. 

"Iya nih Aiden, nggak usah jaim gitu lah didepan Clarissa," sambut Aubrey.

Clarissa ini memang elok parasnya. Rambutnya yang tebal lurus berwarna hitam kecoklatan, matanya yang lebar namun indah, hidungnya mancung dan bibirnya yang berwarna merah muda membuat tampilan wanita itu semakin cantik. Dia memiliki wajah keturunan orang Jerman, karena kakeknya adalah orang Jerman. 

Ia juga seorang anak dari pengusaha ternama. Nama perusahaan ayahnya adalah Jenkins Company. Semua orang di St. Louis pasti mengenal Clarissa sebaik mereka mengenal Aiden. 

"Aiden, boleh pulang bareng?" Pinta Clarissa dengan matanya yang cerah dan memohon. Semua teman-temannya menyoraki mereka dan hal itu membuat Clarissa salah tingkah dengan wajahnya yang merona merah. 

"Sorry banget, Clar. Gue nggak bisa bareng karena gue ada urusan sebentar," jawab Aiden. 

Wajah Clarissa berubah yang tadinya tersenyum cerah menjadi cemberut menyeramkan. "Urusan apa?" tanya Clarissa dingin. 

Kevin menepuk tubuh Aiden dan membisikkan laki-laki itu, "udah urusan lo biar gue aja yang atur. Lo anter aja Clarissa pulang."

"Come on, Aiden. Masa lo tega Clarissa pulang pakai taxi online lagi?" kata salah satu teman Clarissa bernama Luxia. 

Aiden menjawab, "gue bener-bener nggak bisa. Mau gue pesenin taxi online aja? Atau Kevin aja yang nganterin lo?" tawar Aiden. Clarissa masih memicingkan matanya pada Aiden. Bisa-bisanya Aiden menolak untuk mengantar Clarissa--yang notabene-nya seorang siswi cantik dan terkenal--pulang. 

"Oke deh, Aiden. Tapi, Next time kita bisa jalan bareng, kan?" ajak Clarissa dengan matanya yang menggoda sembari menaikkan alisnya. 

Aiden hanya tersenyum kecil dan mengangguk, sedangkan teman-temannya sudah bersorak ria karena mengetahui teman mereka akan jalan berdua. Hal itu bukanlah ahl yang sulit untuk Aiden. Hanya jalan berdua, Aiden bisa mengatasi itu. Dengan syarat, Zoey tidak boleh tau. 

"Gimana kalau minggu depan?" usul Aubrey.

Brian tiba-tiba menjentikkan jarinya. "Ide yang bagus itu! Lagipula examination kan masih dua minggu lagi." 

"Gimana, Aiden?" tanya Clarissa. 

Dan lagi ia hanya mengangguk. Tidak mempedulikan Kevin yang sudah merangkulnya dan memukul-mukul bahunya. Aiden melirik arloji hitam yang melingkar di tangan kanannya. Kalau saja ia tetap disini, Zoey pasti akan lama menunggunya. 

"Gue duluan ya semua!" Aiden langsung menaiki motornya, memakai sarung tangannya dan mengenakan helm dikepalanya. Teman-temannya ingin mengucapkan selamat tinggal namun Aiden langsung menancap gas karena ia sudah merasa sangat jenuh berada ditengah-tengah mereka. 

Aiden mengendarai motornya menuju kawasan yang sangat jarang dilalui orang banyak. Tempat itu sangat tersembunyi dan Aiden sengaja membeli rumah disana tanpa sepengetahuan Zoey. Mereka menemukan rumah itu saat awal mereka berpacaran dan saat itu mereka menepi karena hujan. 

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now