10

14 1 0
                                    

Akhirnya Zoey menyerah dan kembali berjalan ke dalam stasiun. Keretanya ternyata sudah tiba dan sepuluh menit lagi akan berangkat.

Dengan roti cepat saji ditangannya, Zoey terduduk di tempat duduknya dalam kereta.

Ia masih tidak percaya apa yang ia lihat tadi. Aiden jelas-jelas menyadari kehadirannya. Tetapi lelaki itu memilih untuk diam dan tidak bergerak sekali pun. Bahkan untuk mempertanyakan keadaan Zoey saja Aiden enggan.

Ponsel Zoey sedari tadi hanya di penuhi dengan notifikasi dari teman-teman sekolahnya yang mempertanyakan tentang kebenaran gosip itu.

Dari berpuluh-puluh notifikasi, satu pun tidak ada notifikasi dari Aiden. Bahkan untuk mengirim pesan saja Aiden tidak mau.

Lelaki itu pasti sedang menertawakan Zoey sekarang. Sebelumnya Zoey tidak pernah berpikir tentang hal itu terhadap Aiden. Aiden adalah laki-laki yang nyaris sempurna untuk Zoey. Tetapi itu dulu. Aiden sekarang adalah Aiden yang jauh dari kata sempurna.

Ia pasti sedang merayakan penderitaan Zoey ini dan memanfaatkannya sebagai ajang pamer kepada teman-temannya, bahwa Aiden sudah meniduri seorang gadis pintar dari sekolah yang berada persis di samping sekolahnya.

Zoey menghembuskan nafasnya. Memikirkan hal itu saja sudah membuat kepalanya sakit. Ia pun tertidur dengan setitik air mata yang keluar dari matanya.

***

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya Zoey sudah tiba di kota dimana tante Mia-nya tinggal.

Ia turun dari kereta itu dan ia menengadahkan kepalanya. Langit masih gelap, belum menampakkan sinar mataharinya. Tetapi stasiun itu sudah hampir penuh dengan orang-orang sibuk yang berlarian seakan sudah terlambat satu jam.

"Rame juga ya kota ini!" Gumam Zoey.

Ia mengambil dompetnya dan memeriksa kembali uangnya. Ia merasa tiga lembar uang seratus ribu sudah cukup membawanya ke rumah tantenya dari stasiun ini.

Mia tentu saja tidak akan tau kedatangan Zoey. Zoey sengaja tidak memberi tahu Mia agar Mia tidak bertanya yang aneh-aneh kepada kedua orang tuanya sebelum Zoey tiba.

Zoey menaiki satu angkutan umum yang saat itu baru saja beroperasi. Zoey harus menunggu angkot ini berisi setidaknya setengah penumpang, baru ia akan berangkat.

Dia kembali memeriksa alamat tantenya itu dan memastikan bahwa dirinya menaiki angkutan umum yang benar.

"Habis dari sini, nanti naik bis yang ini. Terus jalan kesini... Wah jauh juga ya." Gumam Zoey.

Bahunya sudah sangat pegal, ia sudah kelelahan. Walaupun ia sudah beristirahat sejenak diatas kereta, namun tubuhnya masih kelelahan karena ia harus tidur dengan keadaan waswas karena ia bepergian membawa tas nya sendirian.

Zoey melihat beberapa orang mulai masuk angkutan tersebut. Angkutan tersebut pun mulai berjalan perlahan-lahan.

Semakin lama semakin cepat, Zoey sangat senang.

Ia melihat sekitar kota itu. Angin pagi langsung menerpa wajahnya yang menempel dengan sisi jendela angkutan umum itu. Matahari semakin naik memancarkan sinarnya. Rumah demi rumah mulai mematikan lampu-lampu mereka seakan siap menghadapi hari baru dengan semangat baru.

"Kiri bang!" Zoey mengetuk jendela dengan uang koin, lalu ia pun berjalan keluar angkutan umum yang sudah mulai ramai akan penumpang. Zoey dengan hati-hati membawa kopernya keluar, lalu ia membayar ongkos angkutan umum itu.

Sweet MistakeWhere stories live. Discover now