09

792 98 2
                                    

Pagi menjelang siang itu, Eugene -- atau yang lebih dikenal sebagai Grand Duke Clary -- menjejakkan kakinya di dalam istana.

Dengan wajah suram seperti biasanya, Eugene berjalan menuju ruang rapat, di mana Kaisar tengah menanti, bersama dengan para bangsawan lainnya. Hari ini mereka memiliki rapat untuk mendiskusikan kedatangan tamu dari Kekaisaran Lumia.

"Duke! Grand Duke Clary!"

Di tengah perjalanan, Eugene terpaksa menghentikan langkah kakinya. Mendengar suara yang cukup familiar itu membuat Eugene mau tak mau menghentikan langkah kakinya.

Membalikkan tubuhnya, Eugene berhadapan dengan anak laki-laki berusia 7 tahun itu. "Your Highness, you shouldn't run in the corridor."

Anak kecil itu berhenti tepat di hadapan Eugene. Ia berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah setelah berlari cukup jauh. "D-Duke ... hah!"

"Is there something that you need from me, Your Highness?" tanya Eugene tanpa sapaan ramah.

Sejujurnya ia tidak menyukai makhluk di hadapannya ini. Mengingat baru beberapa jam yang lalu putrinya meminta ke istana. Eugene berpikir ... apakah Ara benar-benar menaruh rasa pada pangeran?

Tidak, itu tidak boleh terjadi. Orang-orang di istana adalah makhluk menyebalkan.

"Duke ... aku ... aku ing--"

"NOAH! DI MANA KAU?!"

Tak berselang lama, pemilik suara yang berteriak sepanjang lorong itu pun terlihat. Pangeran kedua yang diakui di Kekaisaran Lambnorch pun berjalan sembari membawa pedang kayu di tangannya.

Eugene yang melihat itu pun segera berkata, "Yang Mulia, sepertinya Anda sangat sibuk sekarang. Saya juga memiliki tugas sekarang, jadi saya akan pergi terlebih dahulu." Dan setelahnya, ia masuk ke dalam ruang yang dituju.

Noah melotot. "Ah, Duke! Tunggu, ak--"

"Noah! Kau gila? Kenapa kau kabur begitu saja? Kak Rena sedang mencarimu juga." Liam yang sudah mencapai Noah pun langsung mencapit leher saudara kembarnya itu.

Noah mengembuskan napas panjang. Ia terlihat sangat frustasi sekarang. Dengan wajah lelahnya itu, ia menatap kembarannya.

"Liam."

Yang dipanggil pun langsung menyingkirkan tangannya. Ia refleks mengambil langkah mundur. Mendengar intonasi suara Noah yang terdengar depresi berhasil membuat Liam merinding.

"A-apa?!"

Noah diam sesaat, menatap kembarannya dalam bisu. Sebelum akhirnya ia mengembuskan napas lelah.

"Tidak, lupakan," sahutnya pelan sebelum kembali melangkah.

Liam mengikutinya, berjalan bersama dengan Noah. Mereka pergi ke taman milik kakak perempuan mereka -- Rena, putri pertama dan satu-satunya dari imperial family.

Seharusnya mereka memiliki jadwal belajar — entah itu ekonomi, latihan pedang, sejarah, dll — namun semua jadwal dikosongkan selama seminggu karena insiden penculikan itu. Ya ini semua karena kakak perempuan mereka sendiri yang meminta pada kaisar.

Aroma bunga mawar yang pekat itu cukup menusuk penciuman si kembar. Mereka tidak begitu menyukai taman milik Rena yang terlalu banyak ditumbuhi bunga mawar Rosler[¹] yang ia dapatkan sebagai hadiah ulang tahun ke-5.

"Noah, Liam!"

Kedua anak laki-laki itu menoleh dan mendapati Rena yang tengah melambaikan tangan dari duduknya. Gadis itu masih duduk di atas kursi rodanya yang ia pakai sejak dua tahun lalu.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang