13

451 72 6
                                    

Hidupku berjalan seperti biasanya. Dua minggu telah berlalu semenjak kunjungan ke istana. Desas desus mengenai pahlawan mulai mereda. Juga akhir-akhir ini Grand Duke meluangkan sedikit waktunya saat siang hari.

Kami sering makan malam bersama, walau terkadang ia harus pergi karena tugas mendadak. Ya, aku tak begitu mempermasalahkan, lagipula hubungan kita baru dekat akhir-akhir ini, bukan? Bahkan selama ini kami tidak pernah berinteraksi.

Ya, aku tak masalah, aku sudah biasa tanpanya juga, hahahaha.

Aku menatap mansion yang aku tinggali itu. Pikiranku melayang pada saat Dewa Kaerus menjelaskan semuanya. Alasan kenapa aku menjadi pahlawan.

[Dewa Kaerus: Aku akui ini kesalahanku. Kau tau, aku sempat berselisih dengan kenalanku. Dan aku tak menyangka ia akan melakukan ini padaku.]

Aku hanya diam, menanti penjelasan lebih lanjut darinya. Jika boleh jujur, aku tidak paham lagi dengan para dewa dan dewi di atas sana. Apa mereka tidak bisa akur, hah?

[Dewa Kaerus: Hei, apa kau marah padaku? Aku tak bermaksud seperti itu ...]

Aku tak marah. Hanya sedikit kesal. Juga bingung. Dan ... mungkin sedikit takut?

Pernah beberapa kali aku membaca cerita mengenai pahlawan. Di tengah kehancuran, mereka terus berjuang demi banyak orang. Bahkan mengorbankan diri mereka sendiri demi kedamaian dunia.

Dan ya, aku tak menyukai cerita itu. Cerita di mana pahlawan selalu mengorbankan miliknya, akan tetapi tak ada balasan yang setimpal untuknya.

Aku benci. Aku benci jika harus mengalami hal yang sama dengan karakter itu.

Apa ada cara agar posisi pahlawan ini tak lagi jadi milikku? Aku tak menginginkannya.

[Dewa Kaerus: Maaf, aku tak tahu caranya, hehehe, ini pertama kalinya terjadi di dunia ciptaanku(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)]

Dan ya, aku sudah menyangka hal ini akan terjadi untuk kesekian kalinya.

Suara khas itu berhasil memasuki pendengaranku. Kepalaku tertoleh dan menatap Olive yang membawa sebuah keranjang kecil berisi kue kering. Oh, tak lupa dengan jus yang telah dikemasnya.

"Olivee! Ah, Charles juga!"

Aku berdiri dan segera berlari kecil menghampiri mereka, meninggalkan tempat dudukku sebelumnya. Setiap langkah yang aku rasakan begitu ringan, bahkan tubuhku seakan-akan terbang.

"Nona, tolong jangan berlari!" Olive memperingati. Wanita itu bergegas menangkap diriku yang sedikit tidak seimbang.

Puff!

Aku berada di pelukannya. Hangat tubuhnya dapat kurasakan saat kulit kami bersentuhan. Aroma lavender yang khas itu turut membuatku tenang. Ah, dan tidak lupa senyuman khas miliknya.

"Oliveee! Apa Ara boleh minum dua botol jus hari ini? Karena yang kemarin enak!"

Olive tertawa dan mengangguk. "Anything for you, My Ladyship."

"Lalu bagaimana denganku? Apa aku juga akan dapat dua?" Charles ikut menimbrung. Pria itu memasang wajah melasnya dan berharap Olive akan mengatakan 'ya' padanya.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang