- 22 -

119 24 4
                                    

Pikiranku terbang ke mana-mana. Memori saat Dewa Kaerus memberitahuku tentang Grand Duke pun terputar kembali.

[Dewa Kaerus: Dia selalu mengawasimu dari jauh dan selalu menemanimu saat malam menjelang. Ya, walau dia memang sering pergi bertugas.]

Apa benar yang ia katakan? Apa Grand Duke selama ini menemaniku? Tapi, kenapa ia tak pernah menghadapku? Apa dia sungguh membenci diriku?

Tidak ... jika ia membenciku, ia pasti akan membiarkanku mati sejak lama. Jadi itu tidak mungkin.

"Kamu telah tumbuh dengan baik, Putriku. Umurmu sudah empat tahun sekarang."

Ya, memang. Walau aku masih termasuk balita, akan tetapi jiwaku sudah besar.

"Semakin lama, kamu semakin mirip dengan ibumu. Ia cantik dan penuh energi positif sepertimu."

Energi positif? Aku? Hahahaha, aku hanya bertingkah manis untuk meningkatkan afeksi orang di rumah ini. Sebatas itu saja.

Mungkin ibuku memang orang yang hangat, tapi aku berbeda dengannya. Aku tidak tulus sepertinya, mungkin.

Hening sesaat sebelum Grand Duke kembali berujar.

"... I'm sorry."

Kalimat itu terus berulang, layaknya kaset rusak yang diputar. Entah berapa kali ia mengucapkan maaf, maaf, dan maaf. Namun semakin lama perasaanku terasa kosong. Laksana mendengar jangkrik yang berbunyi saat malam menjelang. Mendengarkan hal yang sama dan berakhir meninggalkan kehampaan.

"Aku tidak menemaninya di saat-saat terakhir. Aku malah pergi bertugas karena perintah orang lain."

Aku membuka mataku sedikit dan memerhatikan keadaan di sekitarku.

"I'm the worst when it comes to family. I never fullfiled my role perfectly."

Entah perasaanku saja atau suasana di ruangan ini terasa berat? Rasanya sangat suram. Dan kenapa topik pembicaraan ini semakin berat?

"Aku tak ada di sampingnya di saat-saat terakhir. Saat Amabel memperjuangkanmu. Karenanya, penyesalan selalu menghantuiku."

"... Aku ingin mengakhiri hidupku, setiap kali aku mengingatnya and everytime ... I see you face. It's all because you resemble her that much."

"And it pains me. I want to end it all and just ... go with her."

[Dewa Kaerus: Jiwa Muda, apa kau menangis?]

Aku mengembuskan napas panjang dan berusaha menenangkan hatiku.

Mana ada, aku hanya merasa sesak karena ada tekanan entah dari mana.

Keheningan itu cukup menekan batin. Ah fisikku juga terkena. Entah apa yang sedang terjadi sekarang, aku sudah tidak paham lagi. Atmosfer di sini benar-benar menyiksa diriku.

"Tapi aku tidak bisa."

"Aku tidak bisa meninggalkanmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang